Kamis, 05 Mei 2016

BAB 2 MENELUSURI PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN INDONESIA


    KELOMPOK 6
         Achmad Soebardjo

·       AMALIA PUSPA DE ALVIRA

·       SAPHIRA PASYA

·       INDRA GUNAWAN

·       MOHAMAD REZA

·       MOCHAMAD RIFAT

·       DANDI SURYADI






DAFTAR ISI

BAB 2 MENELUSURI PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN INDONESIA…………………………………………………

            A. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup…………………………………………………………

                 1. Asal-usul Bumi dan Makhluk Hidup…………………………………………………………………………………

                     a. Masa Arkaekum………………………………………………………………………………………………………….

                     b. Masa Paleozoikum……………………………………………………………………………………………………….

                     c. Masa Mesozoikum……………………………………………………………………………………………………….

                    d. Masa Neozoikum………………………………………………………………………………………………………….

               2. Perkembangan Makhluk Hidup…………………………………………………………………………………………

           B. Terbentuknya Kepulauan Indonesia…………………………………………………………………………………….

                1. Tenaga Endogen: Pergerakan Lempeng Teknonik…………………………………………………………….

                2. Tenaga Eksogen……………………………………………………………………………………………………………….

                3. Perubahan Iklim……………………………………………………………………………………………………………….

                4. Letusan Gunung Api………………………………………………………………………………………………………..

          C. Corak kehidupan dan hasil-hasil budaya manusia pada masa praaksara indonesia………………

1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana: budaya paleotik………….

     a. Asal-usul manusia purba…………………………………………………………………………………………….

     b. karakteristik fisik manusia purba di nusantara……………………………………………………………..

     c. corak kehidupan social-ekonomis………………………………………………………………………………….

     d. hasil-hasil budaya………………………………………………………………………………………………………….






Bab 2 Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia

A. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup

Menurut Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, sejarah alam semesta jauh lebih panjang dibandingkan sejarah umat manusia. Manusia baru muncul pertama kali kira-kira tiga juta tahun yang lalu, yaitu pada zaman yang disebut kala Pleistosen (3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu).

1. Asal-usul Bumi dan Makhluk Hidup

Para ilmuwan menyakini bahwa awal mula terbentuknya alam semesta (termasuk bumi) adalah terjadinya apa yang di sebut Big Bang (Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) sekitar 13,7 miliar juta tahun lalu. Ledakan tunggal ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi ini kemudian mengisi alam semesta ini dalam bentuk bintang,planet,debu kosmis asteroid/meteor,energy dan partikel lainnya di alam semesta ini; ringkasnya, membentuk system tata surya.

Sebagai hasil dari lontaran dahsyat itu, bumi awalnya berbentuk gumpalan gas yang panas dan terus-menerus berputar. Semakin lama semakin mendingin dan akhinya berbentuk seperti bola padat. Proses ini telah berjalan cukup panjang (berevolusi), kurang lebih 2,5 miliar tahun, hingga mencapai keadaan seperti sekarang.

Menurut teori geologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bumi secara keseluruhan, proses perkembangan bumi ini dibagi menjadi empat tahapan masa, yaitu masa Arkaekum, masa Paleozoikum, masa Mesozoikum, dan masa Neozoikum.

a. Masa Arkaekum

Masa ini merupakan masa tertua, masa ini diperkirakan terjadi 2,5 miliar tahun yang lalu. Pada masa ini keadaan bumi masih labil, masih menyerupai gumpalan bola gas, dan kulit bumi juga sedang dalam proses pembentukan. Pada masa ini belum ada tanda-tanda kehidupan karena temperature bumi memang masih sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan adanya makhluk hidup.

b. Masa Paleozoikum

Masa ini berlangsung sekitar 500-245 juta tahun yang lalu. Kondisi bumi sudah lebih stabil meskipun secara menyeluruh belum dapat dikatakan demikian. Secara berangsur temperature bumi mendingin dan mulai terlihat adanya tanda-tanda kehidupan berupa makhluk bersel satu atau yang lebih dikenal dengan nama mikroorganisme. Selanjutnya, muncul hewan sejenis ikan tak berahang (trilobita), hewan amfibi (binatang yang dapat hidup di dua tempat: di darat dan di air), dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah masa ini dinamakan pula dengan zaman primer  (zaman kehidupan pertama).

c. Masa Mesozoikum

Masa ini, yang disebut juga zaman sekunder (zaman kehidupan kedua), diperkirakan berlangsung sekitar 245-65 juta tahun yang lalu. Bumi sudah semakin stabil. Mulai muncul beragam hewan bertubuh besar, seperti berbagai jenis hewan reptile dinosaurus dan gajah purba atau mamut. Menjelang berakhirnya masa ini, mulai muncul berbagai jenis burung dan binatang menyusui.

Masa Mesozoikum juga dikenal sebagai zaman reptil. Dinosaurus menjadi penguasa hamper sepanjang masa ini, namun kemudian punah secara mendadak pada 65 juta tahun yang lalu. Kepunahan masal ini diperkirakan akibat tumbukan meteorit raksasa, yang membuat bumi diliputi debu. Pada masa akhir ini mulai muncul jenis mamalia.

d. Masa Neozoikum

pada masa ini hewan berukuran besar sudah mulai jauh berkurang. Masa ini dibedakan menjadi dua zaman, yaitu zaman tersier dan zaman kuarter.

1) Zaman tersier

Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Hal terpenting pada zaman ini adalah munculnya jenis primate seperti kera.

2) Zaman kuarter

Zaman ini dibagi kedalam dua kala, yaitu kala Pleistosen/Diluvium, dan kala Holosen/Aluvium. Pada kala Pleistosen diperkirakan manusia purba mulai muncul, dan pada kala Holosen manusia purba sudah berkembang lebih sempurna lagi, yaitu jenis Homo sapiens dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang.

2. Perkembangan Makhluk Hidup

Telah jelas bahwa kehidupan itu muncul pertama kali pada masa Paleozoikum, lalu berkembang pada masa Mesozoikum. Selanjutnya pada masa Neozoikum, tepatnya pada kala Pleistosen, manusia purba mulai muncul. Bahkan pada masa Holosen (masa Neozoikum), manusia purba telah berkembang lebih sempurna lagi, yaitu dengan munculnya jenis Homo sapiens yang ciri-cirinya mirip dengan manusia sekarang.

Bumi sendiri berkembang (berevolusi) sedemikian rupa sehingga memungkinkan munculnya makhluk hidup. Ada banyak teori tentang munculnya kehidupan di bumi. Salah satunya adalah teori Harold Urey. Menurut teori ini, kehidupan terjadi pertama kali di udara (atmosfer). Pada saat tertentu dalam sejarah perkembangannya, terbentuk atmosfer yang kaya akan molekul-molekul CH4, NH3,H2,H20. Karena adanya loncatan listrik akibat halilintar dan sinar kosmik, terjadilah asam amino yang memungkinkan adanya kehidupan.

Akan tetapi, teori-teori yang muncul tentang asal-muasal serta perkembangan makhluk hidup termasuk manusia tidak sepopuler teori yang dikemukakan oleh ilmuwan berkebangsaan inggris, Charles Darwin (1809-1882), atau dikenal dengan teori Darwin. Dalam pandangan Darwin, semua kehidupan memiliki leluhur yang sama. Ia membayangkan, sejarah kehidupan di bumi mirip sebuah pohon yang sangat besar, yang awalnya adalah batang tunggal berupa sel-sel pertama yang sederhana. Spesies-spesies baru bercabang dari batang tunggal itu dan terus terbagi menjadi dahan-dahan, atau family tumbuhan dan binatang, lalu menjadi ranting-ranting, yakni semua spesies dalam famili tumbuhan dan binatang yang hidup sekarang. Salah satu spesies binatang, yaitu kelompok mamalia, berevolusi lagi sehingga menghasilkan “binatang” yang berakal budi, yaitu manusia.

Hal itu terjadi dalam proses yang berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang, hingga jutaan tahun, yang disebut proses evolusi. Dalam proses itu, terjadi apa yang disebut system seleksi alam (survival of the fittest), dimana hanya makhluk yang mampu beradaptsi dengan lingkunganlah yang bertahan hidup dan berkembang.

Secara khusus tentang evolusi manusia, Darwin mengatakan bahwa manusia sekarang adalah bentuk sempurna dari sisa-sisa kehidupan purbakala yang berkembang dari jenis primata, antropoidea,homidae (bangsa kera dan simpanse), lalu Homo sapiens. Dengan demikian, manusia berasal dari kera.

Teori evolusi, termasuk evolusi manusia, itu telah lama menjadi kontroversi. Para penentangnya mengatakan teori ini tidak sesuai dengan pandangan kitab suci agama-agama samawi tentang penciptaan. Selain itu, dari sisi keilmuan, teori evolusi dianggap tidak dapat menjelaskan adanya mata rantai yang hilang atau missing-link, yaitu penghubung antara generasi makhluk berbulu-berekor seperti monyet dan cerdas Homo sapiens (manusia).

Para penentang teori evolusi umumnya mendukung konsep kemunculan seketika makhluk hidup tanpa ada kaitannya dengan semacam leluhur yang lebih primitive (teori kreasionisme). Orang yang menyakini teori kreasionisme akan mengatakan bahwa kemunculan tiba-tiba atau seketika itulah yang disebut penciptaan oleh Tuhan.

Sementara itu, menurut para pendukung teori evolusi, perkembangan makhluk hidup tahap demi tahap dalam waktu yang sangat panjang itu (jutaan tahun) salah satunya dibuktikan dengan adanya temuan berbagai fosil manusia purba serta binatang dan tumbuhan purba di berbagai tempat di bumi. Ada juga bukti-bukti lain, misalnya, adanya variasi dalam satu spesies (artinya masuk dalam spesies yang sama tapi tidak identic atau tidak persis sama), adanya organ-organ tubuh manusia yang tidak berguna namun masih di jumpai dalam tubuh manusia seperti usus buntu,tulang ekor,rambut pada dada, dan lain-lain.

B. Terbentuknya Kepulauan Indonesia

Secara umum, kendati telah memungkinkan muncul dan berkembangnya manusia purba pertama keadaan alam (bumi) pada kala pleistosen (masa Neozoikum) belum sepenuhnya stabil. Meski demikian, perkembangannya jauh lebih baik dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Ketidakstabilan itu disebabkan tiga faktor utama, yaitu; (i) adanya perubahan bentuk daratan akibat gerakan (tenaga) endogen dan eksogen; (ii) perubahan iklim berupa es yang mencair dan/atau membeku yang mengakibatkan perubahan suhu bumi dan luas daratan. Itulah alasanya kala pleistosen disebut zaman es atau zaman glasial, dan (iii) letusan gunung api (baca historia).

Gabungan ketiga faktor tersebut, terutama gerakan (tenaga) endogen berupa pergerakan lempeng tektonik, juga ikut membentuk kepulauan indonesia seperti yang kita diami sekarang ini.

1. Tenaga Endogen: Pergerakan Lempeng Tektonik

Pergerakan lempeng tektonik di yakini memberikan pengaruh paling besar terhadap terbentuknya kepulauan indonesia.

Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik itu sudah di mulai pada masa Mesozoikum sekitar 60 juta tahun yang lalu, dan terus berlanjut pada masa Neozoikum. Dengan demikian,terbentuknya kepulauan indonesia dimulai sekitar 60 juta tahun yang lalu itu. Sebelumnya, wilayah yang disebut kepulauan indonesia masih merupakan bagian dari samudera yang sangat luas yang meliputi hamper seluruh bumi.

Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng besar dunia, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Disamping itu, terdapat juga lempeng Filipina yang lebih kecil. Tiap-tiap lempeng ini memiliki arah gerakan yang berbeda.

Lempeng Eurasia yang berada di bagian utara indonesia bergerak ke arah selatan-tenggara indonesia. Lempeng Indo-Australia bergerak kea rah timur laut indonesia, dan lempeng Pasifik ke arah barat-barat daya indonesia. Sementara itu, lempeng Filipina bergerak kea rah barat daya indonesia. Kecepatan gerakan lempeng berkisar antara 7 sampai 9 cm per tahun.

Kegiatan tektonis atau disebut orogenesa laramy itu sangat aktif menggerakan lempeng-lempeng Indo-Australia,Eurasia, dan Pasifik. Pergerakan itu kemudian bertemu pada satu zona tumbukan yang disebut dengan zona subduksi. Tumbukan pada zona subduksi itu membuat daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya. Sebagian diantaranya bergerak ke selatan membentuk pulau Sumatra,Jawa,Kalimantan,Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor,kepulauan Nusa Tenggara Timur, dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil.

Proses yang berlangsung selama berpuluh juta tahun itulah yang membentuk Gugusan Kepulaun Indonesia hingga menjadi seperti sekarang ini.

Pergerakan subduksi antara dua lempeng juga menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi dan parit (palung) samudera. Subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, misalnya, menyebabkan terbentuknya deretan gunung berapi yang tak lain adalah bukit barisan di pulau Jawa,Bali, dan Lombok, serta parit samudera yang tak lain adalah parit Jawa (sunda).

2. Tenaga Eksogen

Sementara itu, tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang terbentuk karena proses gerakan endogen terkikis oleh angin, sehinngga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.

Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber: (i) atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin; (ii) air, yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut,gletser, dan sebagainya; (iii) organisme, yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan,hewan, dan manusia.

3. Perubahan Iklim

Perubahan iklim berupa turunnya muka laut sekitar 60-70 meter di bawah muka semula karena bagian terbesar air di dunia membeku (zaman glasial), terutama di bagian bumi utara dan selatan. Laut-laut yang dangkal itu kemudian berubah menjadi daratan.

Kondisi yang berlangsung pada kala Pleistosen antara 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu ini disebut juga dengan zaman es atau zaman glasial. Disebut zaman glasial karena bumi pada saat itu temperaturnya menjadi sangat rendah dan gletser yang berada di wilayah kutub utara mencair hingga menutupi sebagian benua-benua besar seperti Asia, Eropa, dan Amerika. Selanjutnya, pecahan-pecahan es tersebut menyebar ke daerah-daerah sekeliling benua tersebut. Meluasnya permukaan es menyebabkan turunnya permukaan air laut. Turunnya air laut sampai mencapai kedalaman antara 100-150 meter dari permukaan semula memunculkan daratan baru, yang memudahkan makhluk hidup berpindah tempat dalam rangka mendapatkan makanan atau mempertahankan hidup.

Pada kala Pleistosen, bagian barat kepulauan indonesia yang sudah mulai stabil pernah terhubung dengan daratan asia tenggara, sedangkan bagian timur seperti pulau papua dan sekitarnya pernah terhubung dengan daratan Australia. Daratan di wilayah barat yang menghubungkan indonesia dengan daratan Asia Tenggara kemudian disebut Paparan Sunda (sunda shelf), sedangkan di wilayah timur daratan yang menghubungkan pulau papua dan pulau-pulau sekitarnya dengan Australia disebut Paparan Sahul (sahul shelf).

Hal itu dibuktikan dengan hasil kajian yang dikembangkan oleh A.R Wallace yang menyelidiki tentang persebaran fauna (zoogeografi) di kepulauan Indonesia. Fauna yang terdapat di daerah paparan sunda, yaitu daerah-daerah Jawa,Sumatra, dan Kalimantan, mempunyai kesamaan dengan fauna yang terdapat di daratan asia. Adapun fauna yang terdapat di daerah paparan sahul, yaitu daerah papua (irian) dan sekitarnya mempunyai kesamaan dengan fauna yang terdapat di Australia. Wallace menyimpulkan bahwa selat Lombok merupakan garis yang membagi dua jenis daerah zoogeografi di indonesia. Di sebelah barat garis tersebut terdapat fauna asia, sedangkan di timurnya terdapat fauna Australia. “garis pemisah” fauna ini kemudian oleh Huxley diberi nama “garis wallace”. Selanjutnya menurut Wallace, persebaran itu menjangkau lebih jauh kea rah utara, yaitu dimulai dari selat Lombok sampai selat Makassar dan terus lagi ke utara melewati selat antara kepulauan sangir dan Mindanao (Filipina).

Akan tetapi, dalam perkembangan terjadi lagi kenaikan suhu bumi. Hal ini mengakibatkan mencairnya es di kutub utara, yang membentuk lautan luas dan membuat sebagian daratan rendah yang telah terbentuk tadi tenggelam kembali. Maka, dataran-dataran yang menghubungkan indonesia dengan Australia, ataupun yang menghubungkan indonesia dengan asia tenggara pun turut tenggelam. Dengan demikian wilayah indonesia bagian barat terpisah dengan asia tenggara dan bagian timur terpisah dengan Australia.

Terjadinya perubahan alam di dunia ini memunculkan banyak teori tentang kemunculan manusia purba di indonesia. Ilmuwan Belanda Eugene Dubois berpendapat bahwa manusia purba menyukai hidup di daerah tropis yang iklimnya mulai stabil. Pendapat ini dibuktikan dengan beberapa penemuan fosil manusia purba di daerah Trinil, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

4. Letusan Gunung Api

Keadaan alam yang belum stabil tampak dari adanya letusan gunung api. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Lempeng tektonik berupa massa batuan itu sangat besar. Oleh karena itu energinya besar pula. Lempeng-lempeng yang terus bergerak ini pada suatu saat mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Benturan itu dapat menimbulkan gempa,tsunami,dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan bumi. Itulah juga sebabnya kepulauan indonesia rentan mengalami kejadian gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.

C. Corak Kehidupan dan Hasil-Hasil Budaya Manusia pada Masa Praaksara Indonesia

Ki Hajar Dewantara merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil cipta,karya, dan karsa manusia. Senada dengan itu, antropolog lain bernama E.B. Tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hukum,adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Clyde Klukchohn menambahkan, kebudayaan itu memiliki tujuh unsur yang sifatnya universal. Artinya, unsur-unsur kebudayaan merupakan isi pokok kebudayan dan dapat ditemui pada seluruh masyarakat yang ada didunia. Ketujuh unsur kebudayaan yang dimaksud adalah system mata pencaharian hidup, system peralatan hidup, system ilmu pengetahuan dan teknologi, system organisasi social dan kemasyarakatan, system religi dan kepercayaan,kesenian dan bahasa.

Pada bagian berikut ini akan dipaparkan corak kehidupan dan hasil-hasil budaya manusia zaman praaksara indonesia. Untuk mempermudah pembahasan, zaman praaksara dibagi menjadi kategori masa pencarian: masa berburu dan mengumpulkan makanan (meramu), masa bercocok tanam, dan masa perundagian.

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana: Budaya Paleolithik

a. Asal-usul manusia purba

Masa ini diperkirakan terjadi sejak munculnya manusia purba pertama sampai sekitar 12.000 tahun yang lalu (kala pleistosen). Manusia purba yang hidup pada masa ini diyakini tersebar diberbagai tempat di mua bumi. Adanya temuan tulang-belulang manusia purba seperti Homo erectus di berbagai tempat di dunia menegaskan keberadaan mereka.

Di Indonesia pada masa itu, hidup manusia purba jenis Meganthropus, pithecanthropus, dan homo. Penemuan bebagai jenis manusia purba itu tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan para ahli paleontology Belanda, diantaranya Eugene Dubois (1858-1940) dan GHR Von Koenigswald (1902-1982).

Secara khusus, kedatangan Eugene Dubois ke indonesia berawal dari kenyakinannya bahwa manusia purba menyukai hidup di daerah tropis seperti indonesia. Mula-mula, ia ke sumatera lalu ke jawa. Daerah tropis dinyakini sebagai daerah yang keadaan alamnya cukup stabil baik pada zaman glasial maupun zaman pascaglasial.

 Sebelum membahas lebih lanjut ciri-ciri fisik serta corak kehidupan manusia-manusia purba yang telah disebutkan itu,kita perlu mengetahui pandangan para ahli tentang asal-usul mereka.

Secara umum, asal usul manusia-manusia purba sampai sekarang masih menjadi kontroversi. Jawaban atas asal usul manusia purba itu tidak pernah jelas dan tuntas.

Sarjana-sarjana seperti: Moh. Yamin, J. Crawford, K. Himly, dan Sutan Takdir Alisjahbana, misalnya, berpendapat bahwa manusia purba yang menghuni wilayah Nusantara ini berasal dari wilayah indonesia sendiri. Pandangan ini menentang pandangan yang mengatakan bahwa manusia-manusia purba itu berasal dari lur wilayah indonesia.

Pandangan mereka, yang lazim disebut Teori Nusantara, didasarkan pada alasan-alasan berikut ini.

·         Bangsa Melayu dan bangsa Jawa mempunyai tingkat peradaban yang tinggi. Taraf ini hanya dapat dicapai setelah perkembangan budaya yang lama. Hal ini menunjukan orang Melayu berasal dari dan berkembang di Nusantara.

·         Terhadap pandangan yang mengatakan bahwa bahasa Melayu serumpun dengan bahasa Champa (Kamboja) dan karena itu manusia-manusia praaksara itu berasal dari luar nusantara, K.Himly berpendapat bahwa kesamaan antara kedua bahasa itu bersifat kebetulan saja.

·         Menurut Moh.Yamin, fakta banyaknya fosil dan artefak tertua yang ditemukan di indonesia, seperti fosil Homo Soloensis dan Homo Wajakensis, menunjukan bahwa nenek moyang bangsa indonesia sendiri (Jawa)

·         Bahasa yang berkembang di Nusantara, yaitu rumpun bahasa Austronesia, sangat jauh bedanya dengan bahasa yang berkembang di wilayah lain di Asia.

Ada juga pandangan lain, seperti Teori Yunan. Menurut teori ini, manusia purba yang menjadi nenek moyang bangsa indonesia berasal dari Yunan (cina selatan). Mereka masuk ke indonesia setelah tinggal cukup lama di daerah-daerah lain di Asia tenggara terutama Vietnam (Dong Son). Namun, belakangan ini, para ahli berpendapat bahwa teori ini tidak mengacu pada asal-usul manusia purba yang disebutkan di atas, melainkan pada bangsa melayu Austronesia dari ras mongoloid yang datang ke nusantara dari yunan (cina selatan) dalam dua gelombang: gelombang pertama pada sekitar tahun 1500 SM dan gelombang kedua pada sekitar tahun 300 SM. Orang-orang yunan inilah yang sering disebut sebagai nenek moyang bangsa indonesia. Ciri-ciri fisiknya sudah menyerupai manusia modern atau Homo sapiens sapiens.

Teori yang popular namun juga dianggap kurang menyakinkan adalah Teori Afrika. Menurut teori ini, manusia purba yang pertama kali mendiami nusantara datang dari afrika. Manusia purba muncul dan berkembang pertama kali di afrikasekitar 200.000 tahun yang lalu. Mereka kemudian menyebar ke berbagai tempat di bumi ini dengan berbagai variasi dan karakteristik yang khas sesuai kondisi lingkungan, kemampuan beradaptasi, dan sebagainya. Proses penyebaran ini berlangsung sangat lambat dan lama. Sejak tahun 200.000 SM hingga 60.000 SM, manusia menyebar ke seluruh wilayah afrika. Tahun 60.000 SM, manusia mulai menyebar ke timur tengah, asia selatan, asia tenggara hingga Australia.

Pada saat itu suhu bumi bumi menurun hingga menyebabkan terbentuknya es dibagian utara bumi, yaitu eropa dan amerika utara (zaman es atau glasial). Hal ini menyebabkan tinggi permukaan air laut menurun dan membentuk banyak daratan baru, yang kemudian mempermudah manusia berpindah-pindah dengan menempuh jarak yang sangat jauh.

Teori afrika kemudian diragukan kebenarannya sejak ditemukannya tulang-belulang manusia di serangkaian gua di spanyol pada tahun 1941, yang disebut Homo neanderthalensis. Berdasarkan hasil temuan itu, makhluk ini telah menyebar di wilayah Eurasia sejak sekitar 200.000 tahun SM yang lalu dan lenyap pada sekitar 15.000 tahun yang lalu. Ciri-cirinya sudah sangat mendekati ciri-ciri manusia modern atau .

Selain itu, teori afrika juga diragukan kesahihannya karena berdasarkan hasil penelitian, manusia purba pertama di nusantara, yaitu jenis Meganthropus, sudah mendiami nusantara sejak 1,9 juta tahun yang lalu, sedangkan manusia afrika baru muncul sekitar 200.000 tahun yang lalu.

Di nusantara, Meganthropus diyakini berevolusi menjadi Pithecanthropus, dan Pithecanthropus berevolusi lagi menjadi Homo (Homo Wajakensis, Homo Soloensis, dan Homo Floresiensis). Dalam tiap-tiap tahap evolusinya, otak manusia purba it uterus mengalami kemajuan. Hal itu terbukti dari kemampuan mereka membuat alat-alat sederhana dari batu untuk membantu mereka bertahan hidup.

b. Karakteristik fisik manusia purba di Nusantara

Penelitian tentang sejarah kehidupan di bumi, termasuk hewan dan tumbuhan, zaman lampau yang telah menjadi fosil atau paleontology di indonesia pertama kali dilakukan ole Eugene Dubois, berpijak dari dugaan kuatnya bahwa manusia purba pasti lebih suka hidup di daerah tropis, pada tahun 1887 ia berangkat ke indonesia (pada waktu itu Hindia Belanda).

Mula-mula ia menyelidiki gua-gua di sumatera barat, mendengar adanya penemuan tengkorak manusia di Wajak, Tulungagung, Kediri (Jawa Timur) pada tahun 1889, ia memindahkan kegiatannya ke pulau jawa. Akhirnya ia menemukan sisa manusia purba di Kedungbrubus dan Trinil (Jawa Timur). Temuan dubois yang pertama diumumkan adalah fosil atap tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil, yang ditemukan pada tahun 1891.

1) Meganthropus

Fosil manusia yang paling primitive yang ditemukan di indonesia disebut Meganthropus paleojavanicus. Meganthropus paleojavanicus sering disebut manusia raksasa dari jawa karena memiliki tubuh yang besar dan berbadan tegap. Manusia purba yang kemudian berkembang atau berevolusi menjadi Pithecanthropus ini diyakini sebagai jenis Astralopithecus. Fragmen-fragmen rahang atas gigi-gigi lepas ditemukan oleh G.H.R. von Koenigwald antara tahun 1936-1941 di sangiran, jawa tengah; fragmen rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 ditempat yang sama.

Sebagian gigi geraham yang tersisa dari makhluk ini menunjukan ia hanya memakan tumbuh-tumbuhan. Dilihat dari ukuran kepalanya, volume otaknya masih kecil sehingga kemampuannya membuat alat sangat terbatas. Ukuran gerahamnya lebih besar dari pada jenis manusia purba lainnya. Diperkirakan Meganthropus merupakan manusia tertua di indonesia.

Adapun ciri-ciri Meganthropus paleojavanicus adalah:

·         Tulang pipi tebal

·         Otot kunyah kuat

·         Tonjolan kening mencolok

·         Tonjolan belakang tajam

·         Tidak memiliki dagu

·         Perawakan tegap

·         Memakan jenis tumbuhan

Menurut para ahli, manusia dengan jenis yang sama juga ditemukan di jurang Olduvai, afrika timur, yang mereka sebut Homo habilis karena diidentifikasi mampu membuat alat. Fosil manusia Meganthropus paleojavanicus ini diperkirakan hidup pada 1,9 juta tahun yang lalu.

2) Pithecanthropus

Fosil manusia yang paling banyak ditemukan di indonesia ialah Pithecanthropus. Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois di desa trinil, kabupaten ngawi, jawa timur pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus menjelaskan karakteristik utama manusia purba ini: dari kata pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti manusia, dan erectus yang berarti berjalan tegak; jadi, secara harfiah berarti manusia kera yang berjalan tegak.

Sisa-sisa tulang-belulangnya ditemukan di perning, kedungbrubus, trinil, sangiran, sambungmacan, dan ngandong. Hidupnya di lembah-lembah atau di kaki-kaki pegunungan dekat perairan darat di jawa tengah dan jawa timur (sekarang), yang mungkin merupakan padang rumput dengan pepohonan yang jarang.

 Adapun ciri-ciri umum Pithecanthropus adalah sebagai berikut.

·         Tinggi badan berkisar antara 165-180 cm dengan tubuh dan anggota badan yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus

·         Alat-alat pengunyah juga tidak sekuat Meganthropus, demikian pula otot-otot tengkuk.

·         Geraham memang besar, rahang kuat, tonjolan kening tebal serta melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis, dan tonjolan belakang kepalanya nyata.

·         Dagu belum ada

·         Hidungnya lebar

·         Perkembangan otaknya belum menyamai Homo: perkembangan kulit otak masih kurang, terutama pada bagian-bagian yang berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi dan koordinasi otot yang cermat. Karena itu, muka terlihat menonjol ke depan, dahi miring ke belakang, bagian terlebar pada tengkorak masih terdapat di dekat dasar tengkorak dan belakang kepalanya masih membulat.

·         Isi tengkoraknya berkisar antara 750-1.300 cc.

Fosil manusia purba jenis ini juga ditemukan di daerah pening, kabupaten mojokerto, jawa timur oleh G.H.R. von Koenigwald pada tahun 1936, yang diberi nama Pithecanthropus mojokertensis. P. mojokertensis merupakan jenis Pithecanthropus tertua. Pithecanthropus ini juga digolongkan sebagai Homo erectus.

Di cina, ditemukan juga fosil manusia jenis ini, yang diberi nama Pithecanthropus pekinensis (manusia peking). Sementara itu di eropa jenis ini disebut manusia Piltdown dan manusia Heidelbergensis.

3) Homo

Fosil manusia dari genus Homo adalah Homo wajakensis, homo soloensis, dan homo floresiensis. Dibandingkan dua fosil yang disebut pertama, kesimpulan ilmiah terkait hobbit dari flores yang disebut homo floresiensis masih menjadi kontroversi sampai sekarang. Genus homo diyakini sebagai hasil evolusi dari Pithecanthropus.

Temuan genus homo di nusantara mengisyaratkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu, nusantara sudah dihuni Homo sapiens. Homo  mempunyai ciri-ciri yang lebih progresif daripada Pithecanthropus. Isi tengkoraknya bervariasi antara 1.000-2.000 cc, dengan nilai rata-rata antara 1.350-1.450 cc, badannya juga lebih tinggi, yaitu antara 130-210 cm, demikian pula berat badannya yaitu antara 30-150 kg.

Otaknya lebih berkembang, terutama kulit otaknya,sehingga bagian terlebar tengkorak terletak tinggi di sisi tengkorak dan dahinya membulat serta tinggi. Bagian belakang tengkorak juga membulat dan tinggi otak kecil sudah berkembang lebih jauh pula dan otak tengkuk sudah mengalami banyak reduksi karena tidak begitu diperlukan lagi dalam ukuran yang besar. Hal ini disebabkan alat mengunyah sudah menyusut; gigi mengecil,. Begtu pula rahang serta otot kunyah, dan muka tidak begitu menonjol ke depan. Letak tengkorak diatas tulang belakang sudah seimbang. Berjalan serta berdiri tegak sudah lebih sempurna dan koordinasi otot sudah jauh lebih cermat.

4. Masa Perundagian: Budaya Megalithik dan Budaya Logam

a. Asal-usul manusia

Sekitar tahun 300 SM, gelombang kedua dari bangsa Melayu Austronesia dari ras Mongoloid tiba di Nusantara. Mereka lazim juga disebut bangsa Deutero-Melayu atau Melayu Muda dan langsung berbaur dengan penduduk sebelumnya. Sebagaimana gelombang pertama, mereka juga datang dari Yunan, wilayah cina bagian selatan.

Bangsa Deutero-Melayu ini hidup bersama dan bahkan kawin-mawin (kohabitasi) dengan penduduk asli dari bangsa dan ras yang sama yang jauh lebih dulu tiba di Nusantara (pada masa bercocok tanam), yang biasa disebut dengan bangsa Proto-Melayu.

Selain melalui aktivitas perdagangan yang semakin intens pada masa ini, pembauran ini diduga mempermudah serta mempercepat penyebaran serta pertukaran hasil-hasil budaya.

Kepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang terhadap perjalanan hidup manusia serta upacara-upacara religius yang menyertainya semakin berkembang pada masa perundagian. Bangunan-bangunan megalithic seperti punden berundak, menhir (batu tegak), sarkofagus (keranda batu), dolmen, dan kubur batu, misalnya semakin berkembang pada masa ini. Secara khusus, pendatang baru ini memperkenalkan benda-benda dari logam. Karena itu pula, kebudayaan masa perundagian disebut juga kebudayaan megalithik dan kebudayaan logam.

 Di indonesia, dari hasil temuan dan analisis terhadap kerangka, benda-benda bekal kubur serta hasil-hasil budaya khas masa ini manusia

 Menelusuri Peradaban Awal Di Kepulauan Indonesia

A. Pengertian Masa Pra Aksara

Pra Aksara atau Pra Sejarah atau Nirleka ( nir : tidak ada, leka : tulisan ). adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia, dengan kata lain Masa Pra aksara berarti jaman sebelum  ditemuklan tertulis /jaman sebelum manusia mengenal tulisan.Masa berakhirnya jaman pra aksara tidak sama di masing masing wilayah, misalnya di Mesir Kuno 3000 tahun sebelum masehi sudah ditemukan peninggalan tertulis berupa huruf hierogliph, sedangkan di Indonesia peninggalan tertulis tertua yang ditemukan adlah prasasti yupa peninggalan kerajaan Hindu Kutai pada abad ke 5 atau sekitar tahun 400 an Masehi.

Denagn tidak adanya peninggalan tertulis, maka sumber untuk mengungkap keberadaannya berupa peninggalan – peninggalan antara lain fosil, artefak. 

Fosil, merupakan sisa sisa makhluk hidup yang telah membatu karena tertimbun dalam tanah selama berjuta tahun. Fosil bisa berupa kerangka manusia, hewan ataupun tumbuh tumbuhan.

Artefak, merupakan benda benda perlengkapan hidup manusia purba yang masih tersisa, seperti : dolmen, kjoken modinger, kapak perunggu, kapak batu dll



Kurun waktu berlangsungnya sangat lama yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan sampai mengenal tulisan. hal ini untuk mesing – masing bangsa tidak sama untuk bangsa indonesia jaman pra aksara berakhir sekitar tahun 400 masehi atau abad ke 5.

Pembabakan / periodisasi masa pra aksara meliputi :

1.     Berdasarkan ilmu Geologi meliputi :

1.      Jaman Arkeozoikum ( ± 2500 juta tahun yang lalu) yaitu zaman sebelum adanya kehidupan

2.      Jaman Paleozoikum ( ± 340 juta tahun ) yaitu zaman purba tertua

3.      Jaman Mesozoikum ( 251 – 65 juta tahun ) yaitu zaman purba tengah,pada masa ini hewan mamalia,burung,amfibi dan tumbuhan mulai ada

4.      Jaman Neozoikum ( 60 juta tahun ) yaitu zaman purba baru,zaman ini dapat di bagi lagi menjadi 2 tahap yaitu tersier& quarter,zaman es mulai menyusut dan makhluk2 dan manusia mulai hidup

2.     Berdasarkan teknologi yang di hasilkan meliputi :

a.      Jaman Batu yang terbagi menjadi :

1.     Jaman Batu Tua ( paleolithikum ) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. • Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu: 1.Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus) 2.Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis

2.     Jaman Batu Madya ( Mesolithikum ) secara bahasa dapat diartikan sebagai batu tengah, merupakan tahapan perkembangan masyarakat masa pra sejarah antara batu tua dan batu muda. Tidak jauh berbeda dengan peride sebelumnya, kehidupan berburu atau mengumpulkan makanan. Namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu

3.     Jaman Batu Baru ( Neolithikum ) artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producting, yaitu dengan carabercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahayabinatang buas. Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah

4.     Jaman Batu Besar ( Megalithikum )
berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zamanPerunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaanterhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuanmanusia sudah mulai meningkat.

b.     Jaman Logam yang terbagi menjadi :

1.     Jaman Perunggu

2.     Jaman Tembaga

3.     Jaman Besi



B. Jenis – Jenis Manusia Indonesia Yang Hidup Pada Masa Pra Aksara

1.    Megantropus paleojavanicus
diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.

2.    Pithekantropus Mojokertensis
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.

3.    Pithekantropus Erectus
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.

4.    Homo Soloensis
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.

5.    Homo Wajakensis
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.





C. Perkembangan corak kehidupan dan peralatan yang digunakan manusia purba dibagi menjadi 4 tahap :

1.    Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana
corak kehidupan :

·           Nomaden ( berpindah – pindah )

·           Kebutuhan hidup tergantung pada alam

Peralatan yang digunakan :

·           Kapak berimbas

·           Kapak penetak

·           Kapak genggam

2.    Masa Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan
Corak kehidupan :

·           Bertempat tinggal di gua – gua ( setengah menetap )

·           Sudah mengenal api

·           Sudah mengenal bertanam sederhana

Peralataan yang digunakan :

·           Kapak berimbas

·           Kapak penetak

·           Kapak genggam

·           Peralatan serpih

·           Peralatan dari tulang

3.    Masa bercocok tanam

Ø  Sudah mampu mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam

Ø  Sudah mampu menghasilkan makanan sendiri

Ø  Sudah mulai hidup menetapSudah mengenal sistem gotong royong

Peralatan yang digunakan :

Beliung : Kapak batu, mata anak panah, mata tombak, gerabah

Beliung persegi > batu yang sudah dihaluskan pada sisi - sisinya

4.    Masa Perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian

Ø  Manusia terbagi dalam kelompok – kelompok yang memiliki ketrampilan

Ø  Manusia membangun tempat pemujaan dari batu – batu besar.

Peralatan yang digunakan :

Ø  Kapak perunggu ( kapak corong, kapak sepatu ), nekara, moko, peralatan upacara manik – manik dll.



D. Sistem Kepercayaan dan Peninggalan – Peninggalan kebudayaan pada masa perundagian :

1.      Sistem kepercayaan a.l.

·      Anismisme

Yaitu kepercayaan kepada nenek moyang terhadap roh ( jiwa ) nenek moyang yaang telah meninggal dan masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia.

·      Dinamisme

Yaitu paham kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib

·      Totemisme

Yaitu paham kepercayaaan yang menganggap suci / memiliki kekuatan supranatural roh binatang tertentu seperti harimau, sapi, ular, dan kucing.

·      Shamamisme

Yaitu paham pemujaan terhadap pelaksana upacara ritual, misal dukun / kepala suku



2.     Bentuk bangunan masa perundagian

·      Menhir

Yaitu tiang batu sebagai tugu peringatan kepada arwah nenek moyang

·      Dolmen

Yaitu meja batu tempat meletakkan sesaji

·      Peti kubur batu

Yaitu Lempengan batu besar berbentuk kotak persegi panjang sebagai peti jenasah

·      Sarkofagus

Yaitu Bangunan batu besar berbentuk seperti mangkuk sepasang sebagai peti jenasah

·      Patung nenek moyang

yaitu bangunan berbentuk arca bagian kepala sebagai lambang nenek moyang

·      Punden berundah

Yaitu Susunan batu bertingkat menyerupai candi sebagai upacara pemujaan

·      Waruga

yaitu Peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus dan memiliki tutup dari lempengan batu lebar



E. Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Penduduk yang berasal dari daratan Asia terutama dari Yunan atau lembah sungai Nekong ( cina ) dan lembah sungai Salwen ( India ) inilah yang di sebut sebagai asal mula nenek moyang Bangsa Indonesia.

Nenek moyang bangsa Indonesia yang menetap di  Nusantara disebut suku bangsa Melayu Indonesia dari rumpun bagsa Indonesia, kemudian berdasarkan proses menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu bangsa melayu Tua ( proto melayu ) dan bangsa melayu muda ( deutro melayu ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar