KELOMPOK 6
Achmad Soebardjo
Achmad Soebardjo
·
AMALIA PUSPA DE ALVIRA
·
SAPHIRA PASYA
·
INDRA GUNAWAN
·
MOHAMAD REZA
·
MOCHAMAD RIFAT
·
DANDI SURYADI
DAFTAR ISI
BAB 2 MENELUSURI PERADABAN AWAL DI KEPULAUAN INDONESIA…………………………………………………
A.
Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup…………………………………………………………
1.
Asal-usul Bumi dan Makhluk Hidup…………………………………………………………………………………
a. Masa Arkaekum………………………………………………………………………………………………………….
b. Masa Paleozoikum……………………………………………………………………………………………………….
c. Masa Mesozoikum……………………………………………………………………………………………………….
d.
Masa Neozoikum………………………………………………………………………………………………………….
2.
Perkembangan Makhluk Hidup…………………………………………………………………………………………
B.
Terbentuknya Kepulauan Indonesia…………………………………………………………………………………….
1.
Tenaga Endogen: Pergerakan Lempeng Teknonik…………………………………………………………….
2.
Tenaga Eksogen……………………………………………………………………………………………………………….
3.
Perubahan Iklim……………………………………………………………………………………………………………….
4.
Letusan Gunung Api………………………………………………………………………………………………………..
C. Corak
kehidupan dan hasil-hasil budaya manusia pada masa praaksara indonesia………………
1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana: budaya paleotik………….
a. Asal-usul manusia purba…………………………………………………………………………………………….
b. karakteristik fisik manusia purba di nusantara……………………………………………………………..
c. corak kehidupan social-ekonomis………………………………………………………………………………….
d. hasil-hasil budaya………………………………………………………………………………………………………….
Bab 2
Menelusuri Peradaban Awal di Kepulauan Indonesia
A. Perkembangan Bumi dan Munculnya Makhluk Hidup
Menurut Marwati
Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Notosusanto, sejarah alam semesta jauh lebih panjang dibandingkan sejarah
umat manusia. Manusia baru muncul pertama kali kira-kira tiga juta tahun yang
lalu, yaitu pada zaman yang disebut kala Pleistosen (3.000.000 sampai 10.000
tahun yang lalu).
1. Asal-usul Bumi dan Makhluk Hidup
Para ilmuwan menyakini bahwa awal mula terbentuknya alam
semesta (termasuk bumi) adalah terjadinya apa yang di sebut Big Bang (Ledakan Dahsyat atau Dentuman
Besar) sekitar 13,7 miliar juta tahun lalu. Ledakan tunggal ini melontarkan
materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta. Materi-materi
ini kemudian mengisi alam semesta ini dalam bentuk bintang,planet,debu kosmis
asteroid/meteor,energy dan partikel lainnya di alam semesta ini; ringkasnya,
membentuk system tata surya.
Sebagai hasil dari lontaran dahsyat itu, bumi awalnya
berbentuk gumpalan gas yang panas dan terus-menerus berputar. Semakin lama
semakin mendingin dan akhinya berbentuk seperti bola padat. Proses ini telah
berjalan cukup panjang (berevolusi), kurang lebih 2,5 miliar tahun, hingga
mencapai keadaan seperti sekarang.
Menurut teori geologi, yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang bumi secara keseluruhan, proses perkembangan bumi ini
dibagi menjadi empat tahapan masa, yaitu masa Arkaekum, masa Paleozoikum, masa
Mesozoikum, dan masa Neozoikum.
a. Masa Arkaekum
Masa ini merupakan masa tertua, masa ini diperkirakan
terjadi 2,5 miliar tahun yang lalu. Pada masa ini keadaan bumi masih labil,
masih menyerupai gumpalan bola gas, dan kulit bumi juga sedang dalam proses
pembentukan. Pada masa ini belum ada tanda-tanda kehidupan karena temperature
bumi memang masih sangat tinggi sehingga tidak memungkinkan adanya makhluk
hidup.
b. Masa Paleozoikum
Masa ini berlangsung sekitar 500-245 juta tahun yang lalu.
Kondisi bumi sudah lebih stabil meskipun secara menyeluruh belum dapat
dikatakan demikian. Secara berangsur temperature bumi mendingin dan mulai
terlihat adanya tanda-tanda kehidupan berupa makhluk bersel satu atau yang
lebih dikenal dengan nama mikroorganisme.
Selanjutnya, muncul hewan sejenis ikan tak berahang (trilobita), hewan amfibi (binatang yang dapat hidup di dua tempat:
di darat dan di air), dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah masa
ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama).
c. Masa Mesozoikum
Masa ini, yang disebut juga zaman sekunder (zaman kehidupan kedua), diperkirakan berlangsung
sekitar 245-65 juta tahun yang lalu. Bumi sudah semakin stabil. Mulai muncul
beragam hewan bertubuh besar, seperti berbagai jenis hewan reptile dinosaurus dan gajah purba atau mamut. Menjelang berakhirnya masa ini,
mulai muncul berbagai jenis burung dan binatang menyusui.
Masa Mesozoikum juga dikenal sebagai zaman reptil. Dinosaurus menjadi penguasa
hamper sepanjang masa ini, namun kemudian punah secara mendadak pada 65 juta
tahun yang lalu. Kepunahan masal ini diperkirakan akibat tumbukan meteorit
raksasa, yang membuat bumi diliputi debu. Pada masa akhir ini mulai muncul
jenis mamalia.
d. Masa Neozoikum
pada masa ini hewan berukuran besar sudah mulai jauh
berkurang. Masa ini dibedakan menjadi dua zaman, yaitu zaman tersier dan zaman
kuarter.
1) Zaman tersier
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun yang lalu. Hal
terpenting pada zaman ini adalah munculnya jenis primate seperti kera.
2) Zaman kuarter
Zaman ini dibagi kedalam dua kala, yaitu kala
Pleistosen/Diluvium, dan kala Holosen/Aluvium. Pada kala Pleistosen
diperkirakan manusia purba mulai muncul, dan pada kala Holosen manusia purba
sudah berkembang lebih sempurna lagi, yaitu jenis Homo sapiens dengan ciri-ciri seperti manusia sekarang.
2. Perkembangan Makhluk Hidup
Telah jelas bahwa kehidupan itu muncul pertama kali pada
masa Paleozoikum, lalu berkembang pada masa Mesozoikum. Selanjutnya pada masa
Neozoikum, tepatnya pada kala Pleistosen, manusia purba mulai muncul. Bahkan
pada masa Holosen (masa Neozoikum), manusia purba telah berkembang lebih
sempurna lagi, yaitu dengan munculnya jenis Homo
sapiens yang ciri-cirinya mirip dengan manusia sekarang.
Bumi sendiri berkembang (berevolusi) sedemikian rupa
sehingga memungkinkan munculnya makhluk hidup. Ada banyak teori tentang
munculnya kehidupan di bumi. Salah satunya adalah teori Harold Urey. Menurut teori ini, kehidupan terjadi pertama
kali di udara (atmosfer). Pada saat tertentu dalam sejarah perkembangannya,
terbentuk atmosfer yang kaya akan molekul-molekul CH4, NH3,H2,H20. Karena
adanya loncatan listrik akibat halilintar dan sinar kosmik, terjadilah asam
amino yang memungkinkan adanya kehidupan.
Akan tetapi, teori-teori yang muncul tentang asal-muasal
serta perkembangan makhluk hidup termasuk manusia tidak sepopuler teori yang
dikemukakan oleh ilmuwan berkebangsaan inggris, Charles Darwin (1809-1882), atau dikenal dengan teori Darwin. Dalam pandangan Darwin,
semua kehidupan memiliki leluhur yang sama. Ia membayangkan, sejarah kehidupan
di bumi mirip sebuah pohon yang sangat besar, yang awalnya adalah batang
tunggal berupa sel-sel pertama yang sederhana. Spesies-spesies baru bercabang
dari batang tunggal itu dan terus terbagi menjadi dahan-dahan, atau family
tumbuhan dan binatang, lalu menjadi ranting-ranting, yakni semua spesies dalam
famili tumbuhan dan binatang yang hidup sekarang. Salah satu spesies binatang,
yaitu kelompok mamalia, berevolusi lagi sehingga menghasilkan “binatang” yang
berakal budi, yaitu manusia.
Hal itu terjadi dalam proses yang berlangsung dalam kurun
waktu yang sangat panjang, hingga jutaan tahun, yang disebut proses evolusi. Dalam proses itu,
terjadi apa yang disebut system seleksi alam (survival of the fittest), dimana
hanya makhluk yang mampu beradaptsi dengan lingkunganlah yang bertahan hidup
dan berkembang.
Secara khusus tentang evolusi manusia, Darwin mengatakan
bahwa manusia sekarang adalah bentuk sempurna dari sisa-sisa kehidupan
purbakala yang berkembang dari jenis primata, antropoidea,homidae (bangsa kera
dan simpanse), lalu Homo sapiens.
Dengan demikian, manusia berasal dari kera.
Teori evolusi, termasuk evolusi manusia, itu telah lama
menjadi kontroversi. Para penentangnya mengatakan teori ini tidak sesuai dengan
pandangan kitab suci agama-agama samawi tentang penciptaan. Selain itu, dari
sisi keilmuan, teori evolusi dianggap tidak dapat menjelaskan adanya mata
rantai yang hilang atau missing-link, yaitu
penghubung antara generasi makhluk berbulu-berekor seperti monyet dan cerdas Homo sapiens (manusia).
Para penentang teori evolusi umumnya mendukung konsep
kemunculan seketika makhluk hidup tanpa ada kaitannya dengan semacam leluhur
yang lebih primitive (teori kreasionisme). Orang yang menyakini teori kreasionisme akan mengatakan
bahwa kemunculan tiba-tiba atau seketika itulah yang disebut penciptaan oleh
Tuhan.
Sementara itu, menurut para pendukung teori evolusi,
perkembangan makhluk hidup tahap demi tahap dalam waktu yang sangat panjang itu
(jutaan tahun) salah satunya dibuktikan dengan adanya temuan berbagai fosil
manusia purba serta binatang dan tumbuhan purba di berbagai tempat di bumi. Ada
juga bukti-bukti lain, misalnya, adanya variasi dalam satu spesies (artinya masuk
dalam spesies yang sama tapi tidak identic atau tidak persis sama), adanya
organ-organ tubuh manusia yang tidak berguna namun masih di jumpai dalam tubuh
manusia seperti usus buntu,tulang ekor,rambut pada dada, dan lain-lain.
B. Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Secara umum, kendati telah memungkinkan muncul dan
berkembangnya manusia purba pertama keadaan alam (bumi) pada kala pleistosen
(masa Neozoikum) belum sepenuhnya stabil. Meski demikian, perkembangannya jauh
lebih baik dibandingkan masa-masa sebelumnya.
Ketidakstabilan itu disebabkan tiga faktor utama, yaitu; (i)
adanya perubahan bentuk daratan akibat gerakan (tenaga) endogen dan eksogen;
(ii) perubahan iklim berupa es yang mencair dan/atau membeku yang mengakibatkan
perubahan suhu bumi dan luas daratan. Itulah alasanya kala pleistosen disebut
zaman es atau zaman glasial, dan (iii) letusan gunung api (baca historia).
Gabungan ketiga faktor tersebut, terutama gerakan (tenaga)
endogen berupa pergerakan lempeng tektonik, juga ikut membentuk kepulauan
indonesia seperti yang kita diami sekarang ini.
1. Tenaga Endogen: Pergerakan Lempeng Tektonik
Pergerakan lempeng tektonik di yakini memberikan pengaruh
paling besar terhadap terbentuknya kepulauan indonesia.
Ketidakstabilan akibat pergerakan lempeng tektonik itu sudah
di mulai pada masa Mesozoikum sekitar 60 juta tahun yang lalu, dan terus
berlanjut pada masa Neozoikum. Dengan demikian,terbentuknya kepulauan indonesia
dimulai sekitar 60 juta tahun yang lalu itu. Sebelumnya, wilayah yang disebut
kepulauan indonesia masih merupakan bagian dari samudera yang sangat luas yang
meliputi hamper seluruh bumi.
Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng besar dunia, yakni
lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Disamping itu,
terdapat juga lempeng Filipina yang lebih kecil. Tiap-tiap lempeng ini memiliki
arah gerakan yang berbeda.
Lempeng Eurasia yang berada di bagian utara indonesia
bergerak ke arah selatan-tenggara indonesia. Lempeng Indo-Australia bergerak
kea rah timur laut indonesia, dan lempeng Pasifik ke arah barat-barat daya
indonesia. Sementara itu, lempeng Filipina bergerak kea rah barat daya
indonesia. Kecepatan gerakan lempeng berkisar antara 7 sampai 9 cm per tahun.
Kegiatan tektonis atau disebut orogenesa laramy itu sangat aktif menggerakan lempeng-lempeng
Indo-Australia,Eurasia, dan Pasifik. Pergerakan itu kemudian bertemu pada satu
zona tumbukan yang disebut dengan zona
subduksi. Tumbukan pada zona subduksi itu membuat daratan terpecah-pecah.
Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya.
Sebagian diantaranya bergerak ke selatan membentuk pulau
Sumatra,Jawa,Kalimantan,Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan
kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada benua Australia. Sebagian
pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor,kepulauan Nusa
Tenggara Timur, dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-pulau hasil
pemisahan kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya
sangat labil.
Proses yang berlangsung selama berpuluh juta tahun itulah
yang membentuk Gugusan Kepulaun Indonesia hingga menjadi seperti sekarang ini.
Pergerakan subduksi antara dua lempeng juga menyebabkan
terbentuknya deretan gunung berapi dan parit (palung) samudera. Subduksi antara
lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, misalnya, menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi yang tak lain adalah bukit barisan di pulau Jawa,Bali,
dan Lombok, serta parit samudera yang tak lain adalah parit Jawa (sunda).
2. Tenaga Eksogen
Sementara itu, tenaga
eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen
adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit
atau tebing yang terbentuk karena proses gerakan endogen terkikis oleh angin,
sehinngga dapat mengubah bentuk permukaan bumi.
Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber: (i) atmosfer, yaitu perubahan suhu dan
angin; (ii) air, yaitu bisa berupa
aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut,gletser, dan sebagainya;
(iii) organisme, yaitu berupa jasad
renik, tumbuh-tumbuhan,hewan, dan manusia.
3. Perubahan Iklim
Perubahan iklim berupa turunnya muka laut sekitar 60-70 meter
di bawah muka semula karena bagian terbesar air di dunia membeku (zaman
glasial), terutama di bagian bumi utara dan selatan. Laut-laut yang dangkal itu
kemudian berubah menjadi daratan.
Kondisi yang berlangsung pada kala Pleistosen antara
3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu ini disebut juga dengan zaman es atau zaman glasial. Disebut zaman glasial karena bumi pada saat itu
temperaturnya menjadi sangat rendah dan gletser yang berada di wilayah kutub
utara mencair hingga menutupi sebagian benua-benua besar seperti Asia, Eropa,
dan Amerika. Selanjutnya, pecahan-pecahan es tersebut menyebar ke daerah-daerah
sekeliling benua tersebut. Meluasnya permukaan es menyebabkan turunnya
permukaan air laut. Turunnya air laut sampai mencapai kedalaman antara 100-150 meter
dari permukaan semula memunculkan daratan baru, yang memudahkan makhluk hidup
berpindah tempat dalam rangka mendapatkan makanan atau mempertahankan hidup.
Pada kala Pleistosen, bagian barat kepulauan indonesia yang
sudah mulai stabil pernah terhubung dengan daratan asia tenggara, sedangkan
bagian timur seperti pulau papua dan sekitarnya pernah terhubung dengan daratan
Australia. Daratan di wilayah barat yang menghubungkan indonesia dengan daratan
Asia Tenggara kemudian disebut Paparan
Sunda (sunda shelf), sedangkan di
wilayah timur daratan yang menghubungkan pulau papua dan pulau-pulau sekitarnya
dengan Australia disebut Paparan Sahul
(sahul shelf).
Hal itu dibuktikan dengan hasil kajian yang dikembangkan
oleh A.R Wallace yang menyelidiki
tentang persebaran fauna (zoogeografi) di kepulauan Indonesia. Fauna yang
terdapat di daerah paparan sunda, yaitu daerah-daerah Jawa,Sumatra, dan
Kalimantan, mempunyai kesamaan dengan fauna yang terdapat di daratan asia.
Adapun fauna yang terdapat di daerah paparan sahul, yaitu daerah papua (irian)
dan sekitarnya mempunyai kesamaan dengan fauna yang terdapat di Australia.
Wallace menyimpulkan bahwa selat Lombok merupakan garis yang membagi dua jenis
daerah zoogeografi di indonesia. Di sebelah barat garis tersebut terdapat fauna
asia, sedangkan di timurnya terdapat fauna Australia. “garis pemisah” fauna ini
kemudian oleh Huxley diberi nama “garis wallace”. Selanjutnya menurut Wallace,
persebaran itu menjangkau lebih jauh kea rah utara, yaitu dimulai dari selat
Lombok sampai selat Makassar dan terus lagi ke utara melewati selat antara
kepulauan sangir dan Mindanao (Filipina).
Akan tetapi, dalam perkembangan terjadi lagi kenaikan suhu
bumi. Hal ini mengakibatkan mencairnya es di kutub utara, yang membentuk lautan
luas dan membuat sebagian daratan rendah yang telah terbentuk tadi tenggelam
kembali. Maka, dataran-dataran yang menghubungkan indonesia dengan Australia,
ataupun yang menghubungkan indonesia dengan asia tenggara pun turut tenggelam.
Dengan demikian wilayah indonesia bagian barat terpisah dengan asia tenggara
dan bagian timur terpisah dengan Australia.
Terjadinya perubahan alam di dunia ini memunculkan banyak
teori tentang kemunculan manusia purba di indonesia. Ilmuwan Belanda Eugene Dubois berpendapat bahwa manusia
purba menyukai hidup di daerah tropis yang iklimnya mulai stabil. Pendapat ini
dibuktikan dengan beberapa penemuan fosil manusia purba di daerah Trinil,
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
4. Letusan Gunung Api
Keadaan alam yang belum stabil tampak dari adanya letusan gunung api. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Lempeng tektonik berupa massa batuan itu sangat besar. Oleh
karena itu energinya besar pula. Lempeng-lempeng yang terus bergerak ini pada
suatu saat mengalami gesekan atau benturan yang cukup keras. Benturan itu dapat
menimbulkan gempa,tsunami,dan meningkatnya kenaikan magma ke permukaan bumi.
Itulah juga sebabnya kepulauan indonesia rentan mengalami kejadian gunung
meletus, gempa bumi, dan tsunami.
C. Corak Kehidupan dan Hasil-Hasil Budaya Manusia pada Masa
Praaksara Indonesia
Ki Hajar Dewantara merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil cipta,karya, dan karsa manusia. Senada dengan
itu, antropolog lain bernama E.B. Tylor
(1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai suatu keseluruhan yang kompleks yang
mencakup pengetahuan,kepercayaan,kesenian,moral,hukum,adat istiadat dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Clyde
Klukchohn menambahkan, kebudayaan itu memiliki tujuh unsur yang sifatnya universal. Artinya, unsur-unsur kebudayaan merupakan isi
pokok kebudayan dan dapat ditemui pada seluruh masyarakat yang ada didunia.
Ketujuh unsur kebudayaan yang dimaksud adalah system mata pencaharian hidup,
system peralatan hidup, system ilmu pengetahuan dan teknologi, system
organisasi social dan kemasyarakatan, system religi dan kepercayaan,kesenian
dan bahasa.
Pada bagian berikut ini akan dipaparkan corak kehidupan dan
hasil-hasil budaya manusia zaman praaksara indonesia. Untuk mempermudah
pembahasan, zaman praaksara dibagi menjadi kategori masa pencarian: masa
berburu dan mengumpulkan makanan (meramu), masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana:
Budaya Paleolithik
a. Asal-usul manusia purba
Masa ini diperkirakan terjadi sejak munculnya manusia purba
pertama sampai sekitar 12.000 tahun yang lalu (kala pleistosen). Manusia purba
yang hidup pada masa ini diyakini
tersebar diberbagai tempat di mua bumi. Adanya temuan tulang-belulang manusia
purba seperti Homo erectus di berbagai tempat di dunia menegaskan
keberadaan mereka.
Di Indonesia pada masa itu, hidup manusia purba jenis Meganthropus, pithecanthropus, dan homo.
Penemuan bebagai jenis manusia purba itu tidak terlepas dari penelitian
yang dilakukan para ahli paleontology Belanda, diantaranya Eugene Dubois
(1858-1940) dan GHR Von Koenigswald (1902-1982).
Secara khusus, kedatangan Eugene Dubois ke indonesia berawal
dari kenyakinannya bahwa manusia purba menyukai hidup di daerah tropis seperti
indonesia. Mula-mula, ia ke sumatera lalu ke jawa. Daerah tropis dinyakini
sebagai daerah yang keadaan alamnya cukup stabil baik pada zaman glasial maupun
zaman pascaglasial.
Sebelum membahas
lebih lanjut ciri-ciri fisik serta corak kehidupan manusia-manusia purba yang
telah disebutkan itu,kita perlu mengetahui pandangan para ahli tentang asal-usul
mereka.
Secara umum, asal usul manusia-manusia purba sampai sekarang
masih menjadi kontroversi. Jawaban atas asal usul manusia purba itu tidak
pernah jelas dan tuntas.
Sarjana-sarjana seperti: Moh. Yamin, J. Crawford, K. Himly, dan Sutan Takdir Alisjahbana, misalnya, berpendapat bahwa manusia purba
yang menghuni wilayah Nusantara ini berasal dari wilayah indonesia sendiri.
Pandangan ini menentang pandangan yang mengatakan bahwa manusia-manusia purba
itu berasal dari lur wilayah indonesia.
Pandangan mereka, yang lazim disebut Teori Nusantara, didasarkan pada alasan-alasan berikut ini.
·
Bangsa Melayu dan bangsa
Jawa mempunyai tingkat peradaban yang tinggi. Taraf ini hanya dapat dicapai
setelah perkembangan budaya yang lama. Hal ini menunjukan orang Melayu berasal
dari dan berkembang di Nusantara.
·
Terhadap pandangan yang
mengatakan bahwa bahasa Melayu serumpun dengan bahasa Champa (Kamboja) dan
karena itu manusia-manusia praaksara itu berasal dari luar nusantara, K.Himly
berpendapat bahwa kesamaan antara kedua bahasa itu bersifat kebetulan saja.
·
Menurut Moh.Yamin, fakta
banyaknya fosil dan artefak tertua yang ditemukan di indonesia, seperti fosil Homo Soloensis dan Homo Wajakensis, menunjukan bahwa nenek moyang bangsa indonesia
sendiri (Jawa)
·
Bahasa yang berkembang di
Nusantara, yaitu rumpun bahasa Austronesia, sangat jauh bedanya dengan bahasa
yang berkembang di wilayah lain di Asia.
Ada juga pandangan lain, seperti
Teori Yunan. Menurut teori ini, manusia purba yang menjadi nenek moyang bangsa
indonesia berasal dari Yunan (cina selatan). Mereka masuk ke indonesia setelah
tinggal cukup lama di daerah-daerah lain di Asia tenggara terutama Vietnam
(Dong Son). Namun, belakangan ini, para ahli berpendapat bahwa teori ini tidak
mengacu pada asal-usul manusia purba yang disebutkan di atas, melainkan pada
bangsa melayu Austronesia dari ras mongoloid yang datang ke nusantara dari
yunan (cina selatan) dalam dua gelombang: gelombang pertama pada sekitar tahun
1500 SM dan gelombang kedua pada sekitar tahun 300 SM. Orang-orang yunan inilah
yang sering disebut sebagai nenek moyang bangsa indonesia. Ciri-ciri fisiknya
sudah menyerupai manusia modern atau Homo
sapiens sapiens.
Teori yang popular namun juga
dianggap kurang menyakinkan adalah Teori
Afrika. Menurut teori ini, manusia
purba yang pertama kali mendiami nusantara datang dari afrika. Manusia purba
muncul dan berkembang pertama kali di afrikasekitar 200.000 tahun yang lalu.
Mereka kemudian menyebar ke berbagai tempat di bumi ini dengan berbagai variasi
dan karakteristik yang khas sesuai kondisi lingkungan, kemampuan beradaptasi,
dan sebagainya. Proses penyebaran ini berlangsung sangat lambat dan lama. Sejak
tahun 200.000 SM hingga 60.000 SM, manusia menyebar ke seluruh wilayah afrika.
Tahun 60.000 SM, manusia mulai menyebar ke timur tengah, asia selatan, asia
tenggara hingga Australia.
Pada saat itu suhu bumi bumi
menurun hingga menyebabkan terbentuknya es dibagian utara bumi, yaitu eropa dan
amerika utara (zaman es atau glasial). Hal ini menyebabkan tinggi permukaan air
laut menurun dan membentuk banyak daratan baru, yang kemudian mempermudah
manusia berpindah-pindah dengan menempuh jarak yang sangat jauh.
Teori afrika kemudian diragukan
kebenarannya sejak ditemukannya tulang-belulang manusia di serangkaian gua di
spanyol pada tahun 1941, yang disebut Homo
neanderthalensis. Berdasarkan hasil temuan itu, makhluk ini telah menyebar
di wilayah Eurasia sejak sekitar 200.000 tahun SM yang lalu dan lenyap pada
sekitar 15.000 tahun yang lalu. Ciri-cirinya sudah sangat mendekati ciri-ciri
manusia modern atau .
Selain itu, teori afrika juga
diragukan kesahihannya karena berdasarkan hasil penelitian, manusia purba
pertama di nusantara, yaitu jenis Meganthropus, sudah mendiami nusantara sejak
1,9 juta tahun yang lalu, sedangkan manusia afrika baru muncul sekitar 200.000
tahun yang lalu.
Di nusantara, Meganthropus
diyakini berevolusi menjadi Pithecanthropus, dan Pithecanthropus berevolusi
lagi menjadi Homo (Homo Wajakensis, Homo Soloensis, dan Homo Floresiensis).
Dalam tiap-tiap tahap evolusinya, otak manusia purba it uterus mengalami
kemajuan. Hal itu terbukti dari kemampuan mereka membuat alat-alat sederhana
dari batu untuk membantu mereka bertahan hidup.
b. Karakteristik fisik manusia
purba di Nusantara
Penelitian tentang sejarah kehidupan
di bumi, termasuk hewan dan tumbuhan, zaman lampau yang telah menjadi fosil
atau paleontology di indonesia pertama kali dilakukan ole Eugene Dubois,
berpijak dari dugaan kuatnya bahwa manusia purba pasti lebih suka hidup di
daerah tropis, pada tahun 1887 ia berangkat ke indonesia (pada waktu itu Hindia
Belanda).
Mula-mula ia menyelidiki gua-gua
di sumatera barat, mendengar adanya penemuan tengkorak manusia di Wajak,
Tulungagung, Kediri (Jawa Timur) pada tahun 1889, ia memindahkan kegiatannya ke
pulau jawa. Akhirnya ia menemukan sisa manusia purba di Kedungbrubus dan Trinil
(Jawa Timur). Temuan dubois yang pertama diumumkan adalah fosil atap tengkorak
Pithecanthropus erectus dari Trinil, yang ditemukan pada tahun 1891.
1) Meganthropus
Fosil manusia yang paling
primitive yang ditemukan di indonesia disebut Meganthropus paleojavanicus.
Meganthropus paleojavanicus sering disebut manusia raksasa dari jawa karena
memiliki tubuh yang besar dan berbadan tegap. Manusia purba yang kemudian
berkembang atau berevolusi menjadi Pithecanthropus
ini diyakini sebagai jenis Astralopithecus. Fragmen-fragmen rahang atas
gigi-gigi lepas ditemukan oleh G.H.R.
von Koenigwald antara tahun 1936-1941 di sangiran, jawa tengah; fragmen
rahang bawah lain ditemukan oleh Marks pada tahun 1952 ditempat yang sama.
Sebagian gigi geraham yang
tersisa dari makhluk ini menunjukan ia hanya memakan tumbuh-tumbuhan. Dilihat
dari ukuran kepalanya, volume otaknya masih kecil sehingga kemampuannya membuat
alat sangat terbatas. Ukuran gerahamnya lebih besar dari pada jenis manusia
purba lainnya. Diperkirakan Meganthropus merupakan manusia tertua di indonesia.
Adapun ciri-ciri Meganthropus
paleojavanicus adalah:
·
Tulang pipi tebal
·
Otot kunyah kuat
·
Tonjolan kening mencolok
·
Tonjolan belakang tajam
·
Tidak memiliki dagu
·
Perawakan tegap
·
Memakan jenis tumbuhan
Menurut para ahli, manusia dengan
jenis yang sama juga ditemukan di jurang Olduvai, afrika timur, yang mereka
sebut Homo habilis karena diidentifikasi mampu membuat alat. Fosil manusia
Meganthropus paleojavanicus ini diperkirakan hidup pada 1,9 juta tahun yang
lalu.
2) Pithecanthropus
Fosil manusia yang paling banyak
ditemukan di indonesia ialah Pithecanthropus. Fosil manusia purba jenis ini
ditemukan oleh Eugene Dubois di desa trinil, kabupaten ngawi, jawa timur pada
tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus menjelaskan karakteristik utama
manusia purba ini: dari kata pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti
manusia, dan erectus yang berarti berjalan tegak; jadi, secara harfiah berarti
manusia kera yang berjalan tegak.
Sisa-sisa tulang-belulangnya
ditemukan di perning, kedungbrubus, trinil, sangiran, sambungmacan, dan
ngandong. Hidupnya di lembah-lembah atau di kaki-kaki pegunungan dekat perairan
darat di jawa tengah dan jawa timur (sekarang), yang mungkin merupakan padang
rumput dengan pepohonan yang jarang.
Adapun ciri-ciri umum Pithecanthropus adalah
sebagai berikut.
·
Tinggi badan berkisar
antara 165-180 cm dengan tubuh dan anggota badan yang tegap, tetapi tidak
setegap Meganthropus
·
Alat-alat pengunyah juga
tidak sekuat Meganthropus, demikian pula otot-otot tengkuk.
·
Geraham memang besar,
rahang kuat, tonjolan kening tebal serta melintang pada dahi dari pelipis ke
pelipis, dan tonjolan belakang kepalanya nyata.
·
Dagu belum ada
·
Hidungnya lebar
·
Perkembangan otaknya belum
menyamai Homo: perkembangan kulit otak masih kurang, terutama pada
bagian-bagian yang berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi dan koordinasi
otot yang cermat. Karena itu, muka terlihat menonjol ke depan, dahi miring ke
belakang, bagian terlebar pada tengkorak masih terdapat di dekat dasar
tengkorak dan belakang kepalanya masih membulat.
·
Isi tengkoraknya berkisar
antara 750-1.300 cc.
Fosil manusia purba jenis ini
juga ditemukan di daerah pening, kabupaten mojokerto, jawa timur oleh G.H.R.
von Koenigwald pada tahun 1936, yang diberi nama Pithecanthropus mojokertensis.
P. mojokertensis merupakan jenis Pithecanthropus tertua. Pithecanthropus ini
juga digolongkan sebagai Homo erectus.
Di cina, ditemukan juga fosil
manusia jenis ini, yang diberi nama Pithecanthropus pekinensis (manusia peking). Sementara itu di eropa jenis ini
disebut manusia Piltdown dan manusia Heidelbergensis.
3) Homo
Fosil manusia dari genus Homo
adalah Homo wajakensis, homo soloensis, dan homo floresiensis. Dibandingkan dua
fosil yang disebut pertama, kesimpulan ilmiah terkait hobbit dari flores yang disebut homo
floresiensis masih menjadi kontroversi sampai sekarang. Genus homo diyakini
sebagai hasil evolusi dari Pithecanthropus.
Temuan genus homo di nusantara
mengisyaratkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu, nusantara sudah dihuni Homo sapiens. Homo mempunyai ciri-ciri yang lebih progresif
daripada Pithecanthropus. Isi tengkoraknya bervariasi antara 1.000-2.000 cc,
dengan nilai rata-rata antara 1.350-1.450 cc, badannya juga lebih tinggi, yaitu
antara 130-210 cm, demikian pula berat badannya yaitu antara 30-150 kg.
Otaknya lebih berkembang,
terutama kulit otaknya,sehingga bagian terlebar tengkorak terletak tinggi di
sisi tengkorak dan dahinya membulat serta tinggi. Bagian belakang tengkorak juga
membulat dan tinggi otak kecil sudah berkembang lebih jauh pula dan otak tengkuk
sudah mengalami banyak reduksi karena tidak begitu diperlukan lagi dalam ukuran
yang besar. Hal ini disebabkan alat mengunyah sudah menyusut; gigi mengecil,.
Begtu pula rahang serta otot kunyah, dan muka tidak begitu menonjol ke depan.
Letak tengkorak diatas tulang belakang sudah seimbang. Berjalan serta berdiri
tegak sudah lebih sempurna dan koordinasi otot sudah jauh lebih cermat.
4. Masa Perundagian: Budaya Megalithik dan Budaya Logam
a. Asal-usul manusia
Sekitar tahun 300 SM,
gelombang kedua dari bangsa Melayu Austronesia dari ras Mongoloid tiba di
Nusantara. Mereka lazim juga disebut bangsa Deutero-Melayu atau Melayu Muda dan langsung berbaur dengan
penduduk sebelumnya. Sebagaimana gelombang pertama, mereka juga datang dari
Yunan, wilayah cina bagian selatan.
Bangsa Deutero-Melayu ini hidup bersama dan bahkan
kawin-mawin (kohabitasi) dengan penduduk asli dari bangsa dan ras yang sama
yang jauh lebih dulu tiba di Nusantara (pada masa bercocok tanam), yang biasa
disebut dengan bangsa Proto-Melayu.
Selain melalui aktivitas perdagangan yang semakin intens
pada masa ini, pembauran ini diduga mempermudah serta mempercepat penyebaran
serta pertukaran hasil-hasil budaya.
Kepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang terhadap
perjalanan hidup manusia serta upacara-upacara religius yang menyertainya
semakin berkembang pada masa perundagian. Bangunan-bangunan megalithic seperti
punden berundak, menhir (batu tegak), sarkofagus (keranda batu), dolmen, dan
kubur batu, misalnya semakin berkembang pada masa ini. Secara khusus, pendatang
baru ini memperkenalkan benda-benda dari logam. Karena itu pula, kebudayaan
masa perundagian disebut juga kebudayaan
megalithik dan kebudayaan logam.
Di indonesia, dari
hasil temuan dan analisis terhadap kerangka, benda-benda bekal kubur serta
hasil-hasil budaya khas masa ini manusia
Menelusuri
Peradaban Awal Di Kepulauan Indonesia
A. Pengertian Masa Pra Aksara
Pra Aksara atau Pra Sejarah atau Nirleka ( nir : tidak ada, leka :
tulisan ). adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana
catatan sejarah yang tertulis belum tersedia, dengan kata lain Masa Pra aksara
berarti jaman sebelum ditemuklan tertulis /jaman sebelum manusia mengenal
tulisan.Masa berakhirnya jaman pra aksara tidak sama di masing masing wilayah, misalnya
di Mesir Kuno 3000 tahun sebelum masehi sudah ditemukan peninggalan tertulis
berupa huruf hierogliph, sedangkan di Indonesia peninggalan tertulis tertua
yang ditemukan adlah prasasti yupa peninggalan kerajaan Hindu Kutai pada abad
ke 5 atau sekitar tahun 400 an Masehi.
Denagn tidak adanya peninggalan tertulis, maka sumber untuk mengungkap
keberadaannya berupa peninggalan – peninggalan antara lain fosil,
artefak.
Fosil, merupakan sisa sisa makhluk hidup yang telah membatu karena
tertimbun dalam tanah selama berjuta tahun. Fosil bisa berupa kerangka manusia,
hewan ataupun tumbuh tumbuhan.
Artefak, merupakan benda benda perlengkapan hidup manusia purba yang
masih tersisa, seperti : dolmen, kjoken modinger, kapak perunggu, kapak batu
dll
Kurun waktu berlangsungnya sangat lama yaitu sejak manusia belum mengenal
tulisan sampai mengenal tulisan. hal ini untuk mesing – masing bangsa tidak
sama untuk bangsa indonesia jaman pra aksara berakhir sekitar tahun 400 masehi
atau abad ke 5.
Pembabakan / periodisasi masa pra aksara meliputi :
1. Berdasarkan ilmu Geologi meliputi :
1. Jaman Arkeozoikum ( ± 2500 juta tahun yang
lalu) yaitu zaman sebelum adanya kehidupan
2. Jaman Paleozoikum ( ± 340 juta tahun ) yaitu
zaman purba tertua
3. Jaman Mesozoikum ( 251 – 65 juta tahun )
yaitu zaman purba tengah,pada masa ini hewan mamalia,burung,amfibi dan tumbuhan
mulai ada
4. Jaman Neozoikum ( 60 juta tahun ) yaitu zaman
purba baru,zaman ini dapat di bagi lagi menjadi 2 tahap yaitu tersier&
quarter,zaman es mulai menyusut dan makhluk2 dan manusia mulai hidup
2. Berdasarkan teknologi yang di hasilkan
meliputi :
a. Jaman Batu yang terbagi menjadi :
1. Jaman Batu Tua ( paleolithikum ) disebut
demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar,
tidak diasah atau dipolis. • Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan
zaman ini, yaitu: 1.Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus) 2.Kebudayaan Ngandong,
Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis
2. Jaman
Batu Madya ( Mesolithikum ) secara bahasa dapat diartikan sebagai batu
tengah, merupakan tahapan perkembangan masyarakat masa pra sejarah antara batu
tua dan batu muda. Tidak jauh berbeda dengan peride sebelumnya, kehidupan
berburu atau mengumpulkan makanan. Namun manusia pada masa itu juga mulai
mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat
tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger)
dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan
berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu
3. Jaman Batu Baru ( Neolithikum ) artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai
sekitar 1.500 SM. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami
perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producting, yaitu
dengan carabercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia
sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahayabinatang
buas. Manusia pada masa Neolitikum ini pun telah mulai membuat lumbung-lumbung
guna menyimpan persediaan padi dan gabah
4. Jaman Batu Besar ( Megalithikum )
berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zamanPerunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaanterhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuanmanusia sudah mulai meningkat.
berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zamanPerunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupunkepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaanterhadap roh nenek moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuanmanusia sudah mulai meningkat.
b. Jaman Logam yang terbagi menjadi :
1. Jaman Perunggu
2. Jaman Tembaga
3. Jaman Besi
B. Jenis – Jenis Manusia Indonesia Yang Hidup
Pada Masa Pra Aksara
1. Megantropus
paleojavanicus
diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
diketemukan didaerah sangiran solo oleh Von Konigswald tahun 1936.
2. Pithekantropus Mojokertensis
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
Ditemukan di daerah perning Mojokerto oleh Cokro Handoyo tahun 1936.
3. Pithekantropus
Erectus
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
Ditemukan didaerah Trinil lembah Bengawan Solo Ngawi oleh Eugine Duboise tahu 1890.
4. Homo Soloensis
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
ditemukan di lembah Bengawan Solo di Ngandong oleh Ter Haar dan Ir. Openoreth tahun 1931 – 1934.
5. Homo Wajakensis
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
Ditemukan di daerah Wajak Tulungagung oleh Van Reischoten tahun 1889.
C. Perkembangan corak kehidupan dan peralatan
yang digunakan manusia purba dibagi menjadi 4 tahap :
1. Masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana
corak kehidupan :
corak kehidupan :
· Nomaden ( berpindah – pindah )
· Kebutuhan hidup tergantung pada alam
Peralatan yang digunakan :
· Kapak berimbas
· Kapak penetak
· Kapak genggam
2. Masa Berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjutan
Corak kehidupan :
Corak kehidupan :
· Bertempat tinggal
di gua – gua ( setengah menetap )
· Sudah mengenal api
· Sudah mengenal
bertanam sederhana
Peralataan yang digunakan :
· Kapak berimbas
· Kapak penetak
· Kapak genggam
· Peralatan serpih
· Peralatan dari
tulang
3. Masa bercocok
tanam
Ø Sudah mampu mengatur dan memanfaatkan sumber
daya alam
Ø Sudah mampu menghasilkan makanan sendiri
Ø Sudah mulai hidup menetapSudah mengenal sistem
gotong royong
Peralatan yang digunakan :
Beliung : Kapak batu, mata anak panah, mata tombak, gerabah
Beliung persegi > batu yang sudah dihaluskan pada sisi - sisinya
4. Masa Perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
Corak kehidupan pada masa perundagian
Ø Manusia terbagi dalam kelompok – kelompok yang
memiliki ketrampilan
Ø Manusia membangun tempat pemujaan dari batu –
batu besar.
Peralatan yang digunakan :
Ø Kapak perunggu ( kapak corong, kapak sepatu ),
nekara, moko, peralatan upacara manik – manik dll.
D. Sistem Kepercayaan dan Peninggalan –
Peninggalan kebudayaan pada masa perundagian :
1. Sistem kepercayaan
a.l.
· Anismisme
Yaitu kepercayaan kepada nenek moyang terhadap roh ( jiwa ) nenek moyang
yaang telah meninggal dan masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia.
· Dinamisme
Yaitu paham kepercayaan terhadap benda – benda yang dianggap memiliki
kekuatan gaib
· Totemisme
Yaitu paham kepercayaaan yang menganggap suci / memiliki kekuatan
supranatural roh binatang tertentu seperti harimau, sapi, ular, dan kucing.
· Shamamisme
Yaitu paham pemujaan terhadap pelaksana upacara ritual, misal dukun /
kepala suku
2. Bentuk bangunan
masa perundagian
· Menhir
Yaitu tiang batu sebagai tugu peringatan kepada arwah nenek moyang
· Dolmen
Yaitu meja batu tempat meletakkan sesaji
· Peti kubur batu
Yaitu Lempengan batu besar berbentuk kotak persegi panjang sebagai peti
jenasah
· Sarkofagus
Yaitu Bangunan batu besar berbentuk seperti mangkuk sepasang sebagai peti
jenasah
· Patung nenek
moyang
yaitu bangunan berbentuk arca bagian kepala sebagai lambang nenek moyang
· Punden berundah
Yaitu Susunan batu bertingkat menyerupai candi sebagai upacara pemujaan
· Waruga
yaitu Peti kubur batu berukuran kecil berbentuk kubus dan memiliki tutup
dari lempengan batu lebar
E. Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Penduduk yang berasal dari daratan Asia terutama dari Yunan atau lembah
sungai Nekong ( cina ) dan lembah sungai Salwen ( India ) inilah yang di sebut
sebagai asal mula nenek moyang Bangsa Indonesia.
Nenek moyang bangsa Indonesia yang menetap di Nusantara
disebut suku bangsa Melayu Indonesia dari rumpun bagsa Indonesia, kemudian
berdasarkan proses menetapnya dibedakan menjadi dua yaitu bangsa melayu Tua (
proto melayu ) dan bangsa melayu muda ( deutro melayu ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar