BAB 3
PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada
tahap awal diyakini berasal dari India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada
awal abad masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang ada di
Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India,
bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal
arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan
juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain
seperti peribadatan dan kesastraan.
Candi Prambanan merupakan salah satu peninggalan
agama hindu yang ada di Jawa Tengah. Sedangkan Borobudur adalah merupakan candi
peninggalan agama budha. Agama hindu dan budha masuk di berbagai tempat di
Indonesia melalui berbagai jalur, antara lain pendidikan, perdagangan, dan
lain-lain. Agama budha berkembang lebih dahulu, bahkan untuk beberapa waktu,
Indonesia (sriwijaya) pernah menjad pusat pendidikan dan pengetahuan agama
budha yang bertaraf internasional.
A. Mengenal Agama Hindu dan Buddha
1. Agama
Hindu
Agama Hindu
diperkirakan muncul di india antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM (ada yang
mengatakan sekitar tahun 1500 SM) dan merupakan agama tertua di dunia. Agama
ini tumbuh bersamaan dengan masuknya bangsa arya, yaitu bangsa nomaden yang
masuk india dari asia tengah melalui celah kaiber. Kedatangan bangsa arya ini
mendesak bangsa dravida, penduduk asli india dan termasuk kategori ras
australoid, dari sebelah selatan sampai ke dataran tinggi dekkan. Dalam
perkembangan selanjutnya, terjadi pencampuran antara kebudayaan bangsa arya dan
bangsa dravida, yang menghasilkan kebudayaan Hindu.
Perkembangan
agama hindu di india pada hakikatnya dapat dibagi menjadi empat fase, yakni
zaman weda, zaman brahmana, zaman upanisad, dan zaman Buddha.
a. zaman
weda (1500 SM)
Zaman ini dimulai ketika bangsa arya berada di Punjab di
lembah sungai sindhu, sekitar 2500-1500 tahun SM, setelah mendesak bangsa
dravida ke sebelah selatan sampai ke dataran tinggi dekkan. Bangsa arya telah
memiliki peradaban tinggi. Mereka menyembah dewa-dewa seperti agni, varuna,
vayu, indra, siwa, dan sebagainya dewa tertinggi yang mereka anggap sebagai
penguasa alam semesta mereka sebut trimurti, yang terdiri dari brahma (pencipta
alam), wisnu (pemelihara alam) dan siwa (dewa perusak alam dan dewa kematian).
Walaupun banyak, semuanya merupakan manifestasi dan perwujudan tuhan yang maha
esa (disebut brahman), jadi, agama hindu adalah agama monoteitis, bukan
politeitis.
Weda, kitab
suci agama hindu, muncul pada zaman ini. Weda termasuk dalam golongan sruti,
secara harfiah berarti “yang didengar”, karena umat hindu menyakini isi weda
sebagai kumpulan wahyu dari brahman (tuhan).
Pada zaman
ini pula masyarakat dibagi atas empat kasta: brahmana (ulama dan pendeta),
ksatria (raja,bangsawan,panglima, dan tentara), vaisya (pedagang), dan sudra
(pelayan semua golongan di atasnya). Ada pula orang orang yang dianggap berada
diluar kasta, yaitu golongan paria (pengemis dan gelandangan).
b. zaman
Brahmana (1000-750 SM)
Pada zaman
ini, kekuasaan kaum brahmana amat besar dalam kehidupan keagamaan. Merekalah
yang mengantarkan persembahan umat kepada para dewa. Pada zaman ini pula mulai
disusun tata cara upacara keagamaan yang teratur dalam apa yang kemudian
disebut kitab brahmana. Weda menjadi pedoman penyusunan tata cara upacara agama
ini.
c. zaman
upanisad (750-500 SM)
pada zaman
ini, yang dipentingkan tidak hanya upacara dan sesaji saja, tetapi lebih dari
itu, yaitu pengetahuan batin yang lebih tinggi. Zaman ini adalah zaman
pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu zaman orang berfilsafah atas
dasar weda.
d. Zaman
Buddha (500 SM-300 M)
Zaman ini
dimulai ketika putra raja Suddhodana yang bernama siddharta menafsirkan weda
dari sudut logika dan mengembangkan system yoga dan semadhi, sebagai jalan
untuk mendekatkan diri dengan tuhan.
2. Agama
Buddha
Agama Buddha
merupakan perkembangan lebih lanjut dari agama hindu. Buddha sebenarnya
merupakan sebutan bagi seseorang yang telah memperoleh pencerahan. Hal itu
sesuai dengan asal kata Buddha itu sendiri: dari bahasa india berarti yang
mencapai pencerahan sejati. Awalnya agama Buddha bukanlah agama, melainkan
ajaran dari seseorang yang telah memperoleh pencerahan bernama Siddartha
Gautama.
Pangeran
siddharta adalah anak raja beragama hindu dari suku sakya bernama suddhodana
dan ratu maha maya dewi. Sebagai anak raja, ia dilimpahi kemewahan. Ia
dilahirkan pada tahun 563 SM. Oleh pertapa diramalkan sang pangeran kelak akan
menjadi entah seorang chakrawartin (maharaja dunia) atau menjadi seorang
Buddha. Konon raja suddhodana sedih mendengar ramalan tersebut; sebab, bila
sang pangeran menjadi Buddha, tidak ada yang akan mewarisi tahta. Untuk
mencegah terjadinya ramalan itu, para pertapa menyarankan agar sang pangeran
jangan sampai melihat empat macam situasi: orang tua, orang sakit, orang mati,
dan seorang pertapa. Itu berarti, tidak diperkenankan keluar istana.
suatu hari di usianya yang ke-29, siddharta menyelinap keluar dari istana, ditemani seorang kusir. Dalam perjalanan ia bertemu pengemis, orang tua, orang sakit, dan orang meninggal, suatu pengalaman yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Ia berpikir, ‘mengapa semua itu terjadi?’ ‘apakah yang dapat membebaskan manusia dari semua itu?’ untuk mencari jawaban ia memutuskan untuk keluar dari istana untuk berkelana sebagai pertapa.
suatu hari di usianya yang ke-29, siddharta menyelinap keluar dari istana, ditemani seorang kusir. Dalam perjalanan ia bertemu pengemis, orang tua, orang sakit, dan orang meninggal, suatu pengalaman yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Ia berpikir, ‘mengapa semua itu terjadi?’ ‘apakah yang dapat membebaskan manusia dari semua itu?’ untuk mencari jawaban ia memutuskan untuk keluar dari istana untuk berkelana sebagai pertapa.
Suatu saat
sampailah ia dikota Bodh Gaya dan beristirahat di bawah pohon Bodhi. Disini
kemudian pada saat bulan purnama bulan
Wai-sakha (April-Mei), ia memperoleh jawaban atas pertanyaan itu, yang
dilukiskan sebagai pencerahan dan kesadaran sempurna.
Buddha
menemukan bahwa hidup ini adalah
penderitaan (ketidakpuasan). Penderitaan atau pengalaman ketidakpuasan itu
disebabkan oleh napsu keinginan (keserakahan), ketidaksukaan (kebencian), dan
kebodohan (kegelapan, kurangnya kebijaksanaan). Ada keadaan damai dimana tidak
ada penderitaan atau pengalaman ketidakpuasan, yaitu yang disebut pencerahan
atau nirwana. Dengan pencerahan manusia bisa bebas bisa bebas dari penderitaan
atau perasaan ketidakpuasan. Namun, pencerahan itu dapat dapat dicapai hanya
dengan melakukan dan menghayati delapan jalan mulia (delapan kebenaran), yaitu:
pandangan benar,pikiran benar,ucapan benar,perilaku benar,penghidupan benar,
usaha benar,perhatian benar, dan konsentrasi benar.
Sepeninggal
Buddha, para penganutnya menyebarkan ajarannya dan lahirlah agama Buddha,dengan
kitab suci Tripitaka. Agama ini berkembang sangat pesat di india dibawah raja
Ashoka, yang semula beragama hindu, dari dinasti maurya. Ia menyebarkan banyak
pendeta Buddha ke seluruh wilayah kekuasaannya, bahkan sampai di luar wilayah
kerajaan.
Pada tahun
78 M, terjadi perpecahan diantara penganut Buddha. Perpecahan melahirkan dua
aliran, yaitu: Buddha Mahayana dan Buddha hinayana. Ajaran dalam Buddha
Mahayana lebih komplek karena banyak di pengaruhi oleh agama dan kepercayaan
lain, seperti agama hindu dan taoime sehingga mengenal dewa-dewi juga.
Sedangkan Buddha hinayana mendekati ajaran Buddha yang sesungguhnya. Di
indonesia, termasuk juga Thailand, kamboja, Vietnam, Myanmar, dan laos, aliran
hinayanalah yang berkembang, sedangkan aliran Mahayana lebih berkembang di
cina, korea, Taiwan, dan jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Agama Hindu-Buddha di
Indonesia
1. Masuk dan
Berkembangnya Agama Hindu dan Buddha di Indonesia
Ikut sertanya Indonesia dalam perdagangan
Internasional mengakibatkan berbagai pengaruh asing massuk ke nusantara. Salah
satunya adalah agama hindu dan buddha yang besar pengaruhnya diberbagai bidang.
Sejak abad pertama masehi bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan dagang
dengan India. Selain emas, bangsa India juga memerlukan barang-barang lain,
seperti kayu cendana, cengkeh dan lada. Dari India, para pedagang membawa hasil
negerinya yang diperlukan di Indonesia, seperti wangi-wangian, gading gajah,
permadani, dan permata. Sebelum bangsa Indonesia berhubungan dengan bangsa
India, bangsa Indonesi telah memiliki kebudayaan asli dari zaman prasejarah.
2. Masuk dan
Berkembangnya Budaya Hindu-Buddha di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya pengaruh India
di Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Dari hubungan perdagangan,
muncul beberapa teori mengenai proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut:
Teori
Sudra
Para tokoh yang setuju teori ini menyatakan
bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang
berkasta sudra. Alasannya karenaa mereka dianggap sebagai orang-orang buangan
dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan
untuk mengubah kehidupannya. Pendukung teori ini adalah Von Van Faber.
Teori
Waisya
Kasta waisya terdiri atas para pedagang.
Menurut teori ini, para pedagang dari India berlayar hingga ke Indonesia.
Melaui interksi dengan masyarakat setempat, mereka pun berhasil memperkenalkan
agama hindu. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Dr. N.J. Krom. Ia
berpendapat bahwa agama hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum pedagang yang
datang untuk berdagang di Indonesia, bahkan diduga ada yang menetap karena
menikah dengan orang Indonesia.
Teori
Kesatria
Teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama
Hindu ke indonesia terjadi karena adanya kekacauan politik di India. Golongan
kesatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia dan menyebarkan agama Hindu.
Prof. Dr. Ir. J. L. Moens berpendapat bahwa yang membawa agma Hindu ke
Indonesia adalah kaum kesatria atau golongan prajurit. Hal ini di latar belakangi
adanya kekacauan politik dan peperangan di india pada abad IV-V masehi. Para
prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia,bahkan diduga
mendirikan kerajaan di Indonesia.
Teori
Brahmana
Kedatanagan kaum brahmana ke Indonesia di duga
untuk memenuhi undungan kepala suku yang tertaik dengan agama Hindu. Tokoh yang
mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Ia perpendapat bahwa agama
Hindu masuk ke Indonesia di bawah oleh kaum brahmana karena hanya kaum brahmana
yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan kaum
brahmana tersebut di duga karena undangan para pengusa lokal di Indonesia atau
sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
Ketiga teori tersebut sebetulnya juga memiliki
kelemahan. Golongan kesatria dan waisya tidak menguasai bahasa Sanskerta. Oleh
karena itu, kecil kemungkinan bagi mereka untuk menyebarkan agama Hindu yang
berintikan bahasa Sanskerta. Kita ketahui bahwa bahasa sanskerta adalah bahasa
sastra tertinggi yang di pakai dalam kitab suci Weda. Sebalikya, meskipun
menguasai bahasa Sanskerta golongan brahmana tidak boleh menyeberangi laut. Hal
ini di dasarkan pada kepercayaan Hindu kolot yang memiliki pantangan tersebut
Teori
Arus balik
Teori ini di kemukakan oleh F.D.K Bosch. Ia
mengemukakan peranan bangsa Indonesia sendiri dalam penyebaran dan
pengembangan agama hindu. Penyebaran budaya India di Indonesia
dilakukan oleh kaum terdidik. Akibat interaksinya dengan para pedagang India,
di Indonesia terbentuk masyarakat Hindu terdidik yang di kenal dengan sangha.
Mereka giat mempelajari bahasa Sanskerta, kitab suci, sastra, dan budaya tulis.
Mereka kemudian memperdalam agama dan kebudayaan Hindu di India. Sekembalinya
ke Indonesia mereka mengembangkan agama dan kebudayaan tersebut. Hal ini bisa
diliat dari peninggalan dan budaya yang memiliki corak keindonesiaan.
Itulah empat teori tentang masuknya agama dan
kebudayaan India ke Indonesia. Ke empat teori tesebut menyebut faktor
perdagangan sebagai penyebab masuknya Hindu- Budha ke Indonesia. Bisa jadi
interaksi antara bangsa Indonesia dan India mustahil terjadi jika tidak ada
kontak dagang. Oleh karena itu, tidak aneh jika di berbagai daerah di temukan
peninggalan Hindu- Budha
Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha membawa pengaruh besar di berbagai bidang, meliputi sebagai
berikut.
Agama,
rakyat Nusantara memelk agama Hindu-Buddha.
Pemerintahan,
munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
Tulisan
dan bahasa, rakyat Indonesia mengenal huruf Pallawa dan Sansekerta yang
dituliskan pada prasasti-prasasti.
Arsitektur,
seni bangunan bercorak Hindu-Buddha berasimilasi dengan seni bangunan
Indonesia, misalnya banhunan candi.
Kesusastraan,
munculnya kitab-kitab sastra bercorak Hindu-Buddha.
3. Perkembangan Agama
Buddha di Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara
Agama Buddha mengalami perkembangan pesat di
India pada masa pemerintahan Raja Ashoka Vardhana (273-232 SM) dan agama Buddha
dijadikan agama negara.
Di Asia Tengah, agama Buddha mengalami
perkembangan pesat, masuk ke Cina pada tahun 65 M melalui para rahib yang
tinggal di Biara sepanjang jalur Jalan Sutra. Di Tibet pemimpin Buddha disebut
Lama. Agama Buddha masuk ke Kerajaan Cina masa Dinasti Han. Aliran Budddha Mahayana
banyak dianut rakyat Cina.
Sekitar tahun 108 M Kerajaan Cina menaklukan
Korea (Kerajaan Paikche). Hal ini mengakibatkan agama Buddha masuk ke Korea.
Dari koreaa agama Buddha berkembang ke Jepang pada tahun 538 M. Raja Paikche
mengirimkan bingkisan berupa arca Buddha dan naskah-naskah ajaran Buddha kepada
tenno di Yamato.
Masuknya Buddha di kawasan Asia Tenggara
melalui jalur perdagangan laut. Negara-negara Asia Tenggara yang mendapat
pengaruh Buddha, antara lain sebagai berikut.
& Thailand :
di Kerajaan Sukothai dan Ayuthia
& Myanmar :
berkembang masa pemerintahan Raja Anawasta (1044-1077 M)
& Laos :
berkembang pada masa Kerajaan Lan Xang
& Kamboja :
masa Raja Jayamarwan VII tahun 1211-1219 M
& Nusantara :
berkembang pesat di Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-9.
Penyebaran agama Buddha dilakukan oleh sebuah
misi yang dikenal dengan Dharmaduta. Para ahli memperkirakan pada abad II
Masehi agama Buddha masuk ke Indonesia. Pendaapat mereka diperkuat dengan
adanya penemuan arca Buddha yang terbuat dari perunggu di Sempaga (Sulawaesi
Selatan), jember (Jawa Timur), dan Bukit Siguntang (Sumatera Selatan). Dilihat
dari ciri-cirinya, arca tersebt berasal dari langgam Amarawati (India Selatan)
dari abad II-V Masehi. Selain itu, ditemukan juga arca perunggu berlanggam
Gandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai(Kalimantan Timur).
Agama Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh
para biksu. Para biksu meyebarkan agama Buddha di Indonesia, diantaranya
berasal dari Kashmir yang bernama Gunawarman (420 M). Pada masa-masa berikutnya
pengaruh budaya dan agama buddha ibawa oleh orang-orang Indonesia sendiri yang
belajar di perguruan tinggi Nalanda, India. Agama Buddha yang tersiar di
Indonesia terutama dari aliran Mahayana. Ajaran agama Buddha bersumber dari
kitab suci “Tripitaka”.
4. Daerah-Daerah
Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia sampai dengan Abad ke-14
Daerah-daerah yang dipengaruh unsur budaya
Hindu-Buddha di Indonesia sampai abad ke-14 semakin luas. Di Sumatera, pengaruh
Buddha lebih kuat dibanding pengaruh Hindu. Hal ini terbukti dengan berdirinya
Kerajaan Sriwijaya yang menjadi pusat penyebaran dan pengembangan agama Buddha
di Asia Tenggara. Pusat-pusat agama Hindu antara lain terdapat di wilayah Jawa,
Bali, dan Kalimantan. Bukti tertulis yang menjelaskan yaitu adanya prasasti
Yupa yang di temukan di temukan di wilayah Sulawesi Selatan.
Sementara di wilayah Indonesia Timur, pengaruh
unsur Hindu-Buddha masih terbatas, yaitu hanya sebagian di wilayah P. Buru dan
Seram, sedangkan daerah lainnya masih menganut kepercayaan nenek moyang.
Faktor penyebab tidak masuknya pengaruh
Hindu-Buddha ke wilayah timur Indonesia, anatara lain sebagai berikut.
a. Kawasannya
sangat luas.
b. Wilayah
Indonesia bagian timur terlalu jauh untuk dijangkau.
c. Wilayah
Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai timur.
5. Pengaruh Agama
Hindu-Buddha di Indonesia
a. Bidang Kepercayaan
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah
berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang.
Kepercayaan itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu
kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa sedangkan
dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur
memeluk agama Hindu dan Buddha, diawalai oleh lapisan elite para datu dan
keluarganya.
b. Bidang Sosial
Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia, masyarakat
Indonesia tesusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin oleh kepala suku.
Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran agama Hindu-Buddha
sehingga timbul kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
c. Bidang Teknologi
Peninggalan Hindu-Budhadalam bidang seni
bangunan (arsitektur) yang berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi,
yupa, dan prasasti. Candi di Indonesia berbentuk punden bertingkat yang
digunakan sebagi makam raja dan bagian atas punden bertingkat dibuatkan patung
rajanya. Adapun Candi ddi India berbentul Stupa bulat yang digunakan sebagai
tempat sembahyang atau memuja dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi
Prambanan dan Candi Dieng. Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi
Borobudur dan Candi Kalasan.
d. Bidang Kesenian
Dalam bidang seni rupa, pengaruh Hindu-Buddha
berupa hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur
India. Di bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu-Buddha berupa penggunaan
huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta pada prasasti-prasasti.Ada juga
hasil kesusastraan Indonesia yang sumbernya dari India,yaitu cerita ramayanadan
mahabarata yang di jadikan lakon wayang.banyak kitab Hindu-Budha yang menjadi
aset bangsa saat ini,diantaranya Negarakertagama dan baratayudha.
e. Bidang Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi
Hindu-Buddha dapat kita lihat bahwa sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan
berkembang pesat, khususnya di bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana
adalah kelompok yang berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam
masyarakat Hindu-Buddha. Ssalah satu hasil dari perkembangan pendidikan, di
kemukakan oleh I-Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat “Universitas”
yang dapat menampung ratusan mahasiswa birawan Buddha untuk belajar agama.
B. Berkembangnya
Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia
Salah satu pengaruh India yang berkembang di
Indonesia adalah munculnya kerajaan. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja
yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Ada kerajaan yang berada
pedalaman dengan mengandalkan bidang agraris, ada pula yang terletak di pesisir
pantai dengan mengandalkan kegiatan bahari.
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berkembang pada abad V masehi.
Sumber mengenai kerajaan ini berupa prasasti yang berbentuk tujuh buah yupa
yang menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Raja terbesar kerajaan
kutai adalah Mulawarman. Mulawarman adalah putra Aswawarman dan Aswawarman
adalah putra Kudungga. Keluarga Kudungga pernah melakukan Vratyastoma, yaitu
uapacara pencucian diri untuk masuk agama Hindu. Aswawarman disebut dalam yupa
sebagai dewa Ansuman atau dewa matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta, atau
pendiri keluarga raja.
Raja Mulawarman pernah mengadakan kurban
20.000 ekor lembu untuk para brahmana di tanah suci Waprakeswara. Waprakeswara
adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa (di Jawa disebut Baprakeswara). Para
ahli menyimpulkan bahwa agama yang dianut Mulawarman adalah Hindu Syiwa.
2. Kerajaan
Tarumanegara
Sumber mengenai kerajaan Tarumanegara berasal
dari tujuh buah prasasti berbahasa sansekerta dan huruf pallawa. Prasasti
tersebut adalah prasasti Ciaruteun, Kebun Kopi, Jambu, Tugu, Pasar Awi, Muara
Cianten, dan Lebak. Seorang musafir Cina bernama Fa-Hsien pernah datang di Jawa
pada tahun 414 M. Ia telah menyebut keberadaan kerajaan To-lo-mo atau Taruma di
Pulau Jawa.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang
pada abad V M. Raja terbesar yang berkuasa adalah Purnawarman. Wilayah
kekuasaan Purnawarman meliputi hapir seluruh Jawa Barat dengan pusat kekuasaan
di daerah Bogor, Raja pernah memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara
menggali sebuah saluran panjang 6.112 tumbak (± 11 km). Saluran itu selain
berfungsi untuk mencegah bahaya banjir. Saluran ini selanjutnya disebut sebagai
sungai Gomati. Setelah selesai panggalian, Raja mengadakan upacara kurban
dengan memerikan hadiah 1.000 ekor lembu bada Brahmana.
3. Kerajaan Sriwijaya
Keberadaan kerajaan ini diketahui melalui enam
buah prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta
telah menggunakan angka tahun saka. Prasasti tersebut adalah Kedukan Bukit,
Talang Tuo, Telaga Batu, Kota Kapur dan Karang Berahi. Nama Sriwijaya juga
terdapat dalam berita Cina dan disebut Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih. Sementara
itu di berita Arab, Sriwijaya disebut dengan Zabag atau Zabay atau dengan
sebutan Sribuza. Seorang pendeta Cina yang bernama I-Tsing sering dataang ke
Sriwijaya sejak tahun 672 M. Ia menceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat 1.000
orang pendeta yang menguasai agama seperti di India. Berita dari Dinasti Sung
juga menceritakan tentang pengiriman utusan dari Sriwijaya tahun 971-992 M.
Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang
Sri Jayanaga. Raja yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa.
Ia memerintah sekitar abad IX M. Sriwijaya merupakan pusat pendidikan dan
penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Menurut berita I-Tsing, pada abad
VIII M di Sriwijaya terdapat 1.000 oarang pendet yang belajar agama Buddha di
bawah bimbingan Sakyakirti. Menurut prasasti Nalanda, para pemudu Sriwijaya
juga mempelajari agama Buddha dan ilmu lainnya di India. Kebudayaan Kerajaan
Sriwijaya sangat maju dan bisa dilihat dari peninggalan suci sepeti stupa,
candi, atau patung/arca Buddha seperti ditemukan di Jambi, Muara Takus, dan
Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).
4. Kerajaan Mataram
Hindu
Keberadaan kerajaan Mataram dapat diketahui
melalui Prasasti Canggal (723 M), Kalasan (778 M), Mantyasih (907 M), dan
Klurak (782 M). Semua prasasti ditulis dengan huruf pranagari dan bahasa
sansekerta. Kejayaan kerajaan Mataram terlihat pada bangunan-bangunan Candi
seperti Dieng, Gedong Sanga, Borobudur, Mendut, Plaosan, Prambanan, dan Sambi
Sari.
Kerajaan Mataram di perintah dua dinasti atau
wangsa Sanjaya (Hindu Syiwa) dan Syailendra (Buddha). Raja-raja yang berkuasa
dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, Nalanda, maupun Klurak.
Raja-raja dari dinasti Sanjaya tertera dalam prasasti Mantyasih. Kedua dinasti
tersebut akhirnya bersatu dengan adanya pernikahan Rakai pikatan dengan
Pramudyawardani (putri dari Samaratungga). Pada masa pemerintahan Wawa (abad X
M), Mataram mengalami kemunduran dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa
Timur oleh Mpu Sendok. Dinasti Isyana berdiri dengan kerajaannya adalah Medang
Mataram.
5. Kerajaan Medang
Kamulan
Kerajaan Medang Kamulan merupakan kelanjutan
dari Kerajaan Mataram di Jawa Tengah. Kerajaan Medang Kamulan diperkirakan
terletak di Lembah Sungai Brantas, wilayahnya meliputi Nganjuk, Surabaya, Pasuruan,
dan Malang. Sumber sejarahnya, antara lain sebagai berikut.
a. Prasasti Empu Sindok
(933 M) ditemukan di Desa Tengeran, Jombang.
b. Prasasti
Ladang/Candi Lor (939 M) berbentuk Tugu.
c. Prasasti
Kalkuta, dibuat masa Raja Airlangga.
d. Berita dari Cina
masa Dinasti Sung.
Kerajaan Medang Kamulan pendirinya adalah Empu
Sindok sekaligus pendiri Dinasti Isyana. Beliau memerintah dengan adil dan
bijaksana. Masa pemerintahannyaagama Hindu dan Buddha hidup berdampingan. Empu
Sindok digantikan dengan cucunya yaang bernama Dharmawangsa. Ia bercita-cita
menguasai jalur perdagangan dan pelayaran Nusantara yang ketika itu dikuasai
Sriwijaya. Untuk itu, pada tahun 991M Dharmawangsa menyerang Malaka dan
Sriwijaya.
Pada tahun 1017 M Kerajaan Medang
mengalami Pralaya akibat serangan dari Wurawari. Airlangga
berhasil meloloskan diri. Pada tahun 1023 Airlangga dinobatkan menjadi Raja
Medang menggantikan Dharmawangsa. Ia berhasil menyatukan kembali kerajaan,
memindahkan ibu kota Kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun 1031,
memperbaiki pelabuhan Ujung Galuh, dan membangun bendungan Wringin Sapta. Pada
tahun 1041 Airlangga mundur dari takhtanya dan membagi kekuasaan menjadi dua
kerajaan yaitu Jenggala dan Panjalu dengan batas Sungan Brantas. Pembagian
kerajaan dilakukan oleh seorang brahmana yang terkenal kesaktiannya, yaitu Mpu
Bharada.
6. Kerajaan Kediri
Kerajaan kediri semula bernama panjalu (bagian
dari Medang Mataram). Kisah kerajaan ini termuat dalam prasasti Banjaran (1052
M) yang menjelaskan kemenangan Panjalu atas Jenggala dan prasasti Hantang (1052
M) yang menjelaskan Panjalu pada masa Jayabaya. Selain itu, ada kakawin
Bharatayuda karya Mpu Sedah dan Panuluh tahun 1156 M yang menceritakan
Kediri/Panjalu atas Janggala. Berita Cina yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang
ditulis oleh Cho-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chu-fan-chi yang ditulis oleh
Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
Raja Kediri yang terkenal antara lain Raja
Kameswara (1115-1130 M). Ia menggunakan lencana Candrakapala, yaitu tengkorak
yang bertaring. Raja Jayabaya memerintah tahun 1130-1160 mempergunakan
Narasingha, yaitu setengah manusia setengah singa. Pada tahun 1181 pemerintahan
Raja Sri Gandra ditandai dengan penggunaan nama-nama binatang sebagai namanya
seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, dan Gajah Kuning. Kertajaya
menjadi Rajaa Kediri tahun 1200-1222. Ia memakai lencana Garudamuka seperti
Raja Airlangga, mtetapi kurang bijaksana dan tidak disukai oleh rakyat terutama
kaum brahmana. Hal inilah yang akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan
Kediri karena kaum brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok di Singasari
sehingga pada tahun 1222 Ken Arok berhasil menghancurkan Kediri.
7. Kerajaan Singasari
Keberadaan Kerajaan Singasari didasarkan pada
kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan raja-raja yang
memerintah di Singasari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan keajaiban
Ken Arok. Ken Arok semula sebagai akuwu (bupati) di Tumapel menggantikan
Tunggul Ametung yang dibunuhnya karena tertarik kepada Ken Dedes isteri Tunggul
Ametung. Pada tahun 1222 M Ken Arok menyerang kediri sehingga Kertajaya
mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok menyatakan
dirinya sebagai Raja Singasari dengan gelar Sri Rangga Rajasa Bhattara Sang
Amurwabhuni.
Raja Singasari yang terkenal adalah
Kertanegara Karena di bawah pemerintahannya Singasari mencapai puncak
kebesarannya. Kertanegara bergelar Sri Maharajaderaja Sri Kertanegara mempunyai
gagaasan politik untuk memperluas wilayah kekuasannya, menyingkirkan
lawan-lawan politiknya, menumpas pemberontakan, menyatukan agama Syiwa dan
Buddha menjadi agama Tantrayana (Syiwa Buddha dipimpin oleh Dharma Dyaksa),
melakukan politik perkawinan, dan mengirim ekspedisi Pamalayu tahun1275. Setelah
Kertanegara meninggal karena serbuan tentara kubilai khan dari Mongol dan
serangan Jayakatwang dari kediri tahun 1292, diberi penghargaan di Candi Jawi
sebagai Syiwa Buddha, di Candi Singasari sebagai Bhairawa dan di Sagala sebagai
Jina (Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi. Penginggalan Singasari antara
lain Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, dan Putung Joko Dolok
(Perwujudan Kartanegara).
8. Kerajaan Majapahit
Sumber kerajaan Majapahit berupa kitab. Kitab
Pararaton yang menjelaskan tentang raja-raja Majapahit. Kitab Negarakertagama
(karya Mpu Prapanca pada tahun 1365) menjelaskan keadaan kota Majapahit, daerah
jajahannya, dan perjalanan Hayam Wuruk mengelilingi daerah kekuasaaanya. Kitab
Sundayana menjelaskan tentang Perang Bubat. Kitab Usaha Jawa
menjelaskan tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar.
Berita-berita Cina dari Dinasti Ming (1368-1643) dan Ma-Huan dalam bukunya Ying
Yai menceritakan tentang keadaan masyarakat dan kota Majapahit tahun 1418 serta
berita dari Portugis tahun 1518.
Raden Wijaya berhasil memanfaatkan tentara
Kubilai Khan untuk menyerang Jayakatwang di Kediri. Pada tahun 1293
Raden Wijaya dinobatkan menjadi Raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa
Jayawisnuwardhana. Raja berikutnya adalah Jayanegara dan Tribuana Tungga Dewi.
Pada tahun 1350 Majapahit diperintah oleh Hayam Wuruk yang bergelar
Rajasanegara. Ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Adityawarman, dan Mpu
Nala sehingga pada masa tersebut Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Daerah
kekuasaanya hampir meliputi seluruh Nusantara dan Majapahit berkembang sebagai
kerajaan maritim sekaligus kerajaan agraris. Untuk menguasai Pajajaran, Gajah
Mada melakukan politik perkawinan yang berakibat terjadinya
peristiwa Bubat tahun 1357. Dalam rangka menjalin persahabatan dengn
negara-negara btetangga Majapahit menerapkan Mitreekasatata yang berarti
sahabat atau sahabat sehaluan atau hidup berdampingan secara damai. Sepeniggal
gaja mada(1364) dan Hayam wuruk tahun (1389), takhta Majapahit diduduki oleh
Wikramawardhana. Pada tahun 1389-1429 Majapahit diwarnai oleh Perang Paregreg
atau perang saudara antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabumi. Inilah awal
kehancuran Majapahit yang ditandai dengan candrasengkala ilang sima
kertaning bhumi.
9. Kerajaan Holing
(Kaling)
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab
sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling
terletak di Jawa Tengah
Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah
kerajaan di India Talingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti
dari kerajaan ini. Menurut berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu
rajanya beristanaa di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat
duduk sang raja terbuat daari gading. Orang-orangnya sudah pandai tulis-menulis
dan mengenali ilmu perbinatangan. Dalam berita cine tersebut adanya ratu His-mo
atau sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yaang
tegas, jujur, da bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada
masa ini, agama Buddha berkembang bersama agamaa Hindu. Hal ini dapat terlihat
dengan datangnya ;;pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan tinggal selam
3 tahun. Degan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama Jnanabhadra, Hwi
Ning menerjemahkan kitab Hinayanaa dari bahasa
sansekerta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa India
menghasilkan kebudayaan yang monumental. Gugusan candi Gedong Sanga terlihat anggun
di jajaran pegunungan Ungaran. Candi tersebut dibangun pada masa awal
kedatangan pengaruh Hindu di Indonesia.
Selain bangunan candi, di berbagai daerah juga
ditemukan peninggalan sejarah yang lain. Pengaruh India lain yang masuk
Indonesia adalah Buddha. Seperti halnya Hindu, pengaruh Buddha juga
meninggalkan beragam bentuk peninggalan sejarah.
B. Saran
Demikian makalah ini kami sajikan, kami selaku
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat memotivasi kami
dalam pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik lagi.
Kami memohon maaf apabila ada kesalahan kata
dan penulisan karena kekurangan hanya milik kami dan kesempurnaan hanya milik
ALLAH SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar